RADARSEMARANG.COM – Di Kota Semarang ada sentra bawang goreng. Namanya Kampung Cibagor atau Cimandiri Bawang Goreng. Perintisnya Sunarti. Dia juga yang kali pertama merintis usaha bawang goreng dalam kemasan cup atau gelas plastik.
Kampung tematik Cibagor terletak di Kampung Cimandiri RW 2 Kelurahan Mlatiharjo, Semarang Timur. Oleh Pemkot Semarang, kampung ini ditetapkan sebagai kampung tematis bawang goreng.
Sedikitnya ada 10 warga yang memiliki usaha bawang goreng. Salah satunya Sunarti. Dia yang kali pertama membuat bawang goreng di Kampung Cibagor. Ia juga yang menemukan ide untuk mengemas bawang goreng dalam cup.
Saat ditemui di rumahnya, wanita 59 tahun ini mengaku telah membuat bawang goreng sejak masih gadis sekitar tahun 1990-an atau sudah 30 tahunan. Namun usaha bawang gorengnya mulai bergeliat sejak 10 tahun terakhir. Apalagi setelah ia mulai mengemas bawang goreng dalam gelas atau cup.
Ia menceritakan, ide mengemas bawang goreng dalam cup berawal saat ia mengantarkan anaknya pergi ke sekolah sepak bola. Saat itu, Sunarti sambil berjualan es teh dalam cup. Namun karena es tehnya tidak laku, banyak sisa cup yang sudah telanjur dibeli.
Ia yang saat itu sudah berjualan bawang goreng dalam kemasan plastik, memutuskan untuk mewadahi bawang gorengnya menggunakan cup tersebut.
“Jadi, dulu bawang goreng dikemas dalam plastik rentengan. Lalu, muncul ide dikemas dalam cup. Tapi, saat itu tutup cupnya dikareti belum dipres,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Namun setelah pihaknya mengikuti sejumlah pelatihan dan mendapat bantuan modal, kini ia mulai menggunakan alat pres untuk penutup cup bawang goreng. Sejak itu, produknya semakin dikenal banyak orang.
Dibantu anaknya, Sunarti juga mulai jualan secara online. Tak heran jika kini konsumennya ada yang dari luar kota. “Harganya Rp 5 ribu per cup. Kalau yang kemasan plastik Rp 3 ribu,” ujarnya.
Selain dijual online, produk bawang gorengnya dipasok ke Toko Dua Belas. Padahal tidak mudah memasukkan barang ke toko tersebut. Produk bawang goreng Sunarti dinilai berkualitas dan harganya bersaing. “Sekali pesan, bisa sampai 40 cup. Biasanya saya kasih bonus 1 cup,” ungkapnya.
Dari kesuksesan Sunarti merintis usaha bawang goreng ini, menarik para tetangganya untuk belajar. Sunarti sendiri tidak pelit dalam berbagi ilmu. Alhasil, kini ada puluhan warga Cimandiri yang mengikuti jejaknya menekuni usaha bawang goreng.
Karena itu, kampung tesebut pun ditetapkan sebagai Kampung Tematik Cibagor atau Cimandiri Bawang Goreng oleh Pemkot Semarang.
Dikatakan, membuat bawang goreng tidaklah rumit. Pertama, bawang diiris tipis telebih dahulu, kemudian digoreng beberapa menit lalu ditiriskan. Perbedaan produk bawang gorengnya dengan lainnya adalah bawang gorengnya ditiriskan dan diamkan selama tiga hari terlebih dahulu.
Tujuannya, supaya minyak goreng tidak tercampur pada saat pengemasan. Sehingga bawang goreng benar-benar kering. “Bawang goreng akan tahan sampai beberapa bulan kalau benar-benar kering,” katanya.
Ia menambahkan, agar bawang goreng rasanya gurih, maka sebelum diiris, kulitnya harus dikelupas. “Karena kalau kulitnya ngikut, rasanya tidak enak,” ujar ibu empat anak ini.
Selain itu, tambah dia, jangan sekali-kali menyimpan bawang goreng di lemari pendingin. “Kalau disimpang di kulkas, pasti rasanya akan beda,”ucapnya.
Sebelumnya, Lurah Mlatiharjo Nur Triyono mengungkapkan, dulu hanya ada dua warga yang membuat bawang goreng. Pionernya Sunarti. “Sekarang sudah ada 10 warga yang memiliki usaha bawang goreng,” katanya.
Menurutnya, pelatihan cara membuat bawang goreng turut memotivasi warga lainnya membuka usaha yang sama. Karena terkendala modal, warga tetap menjalankan usaha semampunya. “Ke depannya kami akan membangun showroom bawang goreng di Kelurahan Mlatibaru,” katanya. (fgr/aro)