RADARSEMARANG.COM, Semarang – Industri Besar dan Pelaku IKM (Industri Kecil Menengah) di Jateng berperan besar dalam membangkitkan perekonomian Jateng. Terbukti, nilai ekspor Juli 2020 senilai 714,55 juta dolar. Naik sebesar 14,21 persen menjadi 816,09 juta dolar pada tahun 2021 ini. Hal ini lantaran pelaku usaha mampu beradaptasi menjalankan bisnis di tengah pandemi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng M Arif Sambodo mengatakan, 80 persen pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh industri besar. Sisanya didorong IKM. Namun sebaliknya, pelaku IKM punya andil besar untuk menyerap tenaga kerja dan mencegah ledakan jumlah pengangguran.
“Pelaku IKM ini justru punya peran multiplier. Orang yang diberdayakan banyak, terlibat dalam proses produksi industri juga banyak,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dia katakan, pelaku IKM turut mengangkat potensi lokal ke dalam industri global. Seperti halnya kapuk randu, briket, daun talas, kerajinan keramik, hingga enceng gondok yang banyak diminati di luar negeri.
Oleh karenanya, ia melakukan coaching program agar pelaku IKM dapat mandiri melakukan ekspor. Pelatihan itu berlangsung selama 8 bulan untuk tiap angkatan. Saat ini memasuki angkatan ke-3. Dalam praktiknya, mereka juga dipertemukan dengan pembeli dari luar negeri secara virtual. “Baru-baru ini kami menjangkau pasar di Ethiopia, Brazil, dan Penang Malaysia,” imbuh Arif.
Tercatat komoditas yang paling mendorong ekspor ialah Pakaian Jadi Bukan Rajutan sebesar 14,45 juta dolar. Lalu disusul kertas atau karton, kayu dan barang dari kayu, serta garam, belerang, kapur. Tekstil, kayu furniture, dan alas kaki memang menjadi penopang utama ekspor Jateng. “Kami bantu urusan sertifikasi, karena pasar global itu punya banyak standar,” tandasnya.
Selain pelaku usaha yang mampu bangkit, pertumbuhan juga didorong permintaan barang yang meningkat dari luar negeri. Sektor industri besar pun merespon dengan baik dan kembali beroperasi meski harus menerapkan prokes ketat.
Lebih lanjut, bila dilihat keseluruhan data sejak Januari 2021, Amerika menjadi pangsa ekspor non migas terbesar. Dengan sumbangan 39,45 persen yang bernilai 2.125,60 juta dolar. Lalu diikuti Jepang 9,24 sebesar 498,07 juta dolar. dan Tiongkok 6,85 persen sebanyak 368,96 juta dolar.
Kemudian, neraca perdagangan Jateng pada Juli 2021 mengalami surplus 74,35 juta dolar. Neraca perdagangan non migas mengalami surplus 236,11 juta dolar, sedangkan migas mengalami defisit 161,76 juta dolar. (taf/ida)