RADARSEMARANG.COM, Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar (SD) yang mempelajari tentang kesenian, kebudayaan dan prakarya atau keterampilan. Adapaun aspek yang dipelajari adalah seni rupa, musik, tari, dan keterampilan.
Dalam pelaksanaannya pembelajaran SBdP tidak cukup teori, namun supaya lebih efektif diajarkan secara langsung atau praktik. Karena karakteristik anak usia SD senang merasakan dan melakukan sesuatu secara langsung.
Sesuai pendapat Desmita (2014 : 35) karakterisitik anak usia SD ialah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Salah satu materi SBdP di kelas 6 adalah memainkan interval nada melalui lagu dan alat musik. Tentunya dalam belajar memainkan interval nada siswa perlu memahami tangga nada. Untuk memahami tangga nada diperlukan media berupa alat musik melodis. Alat musik yang digunakan contohnya pianika.
Menurut Syaiful Bahari Djamarah dan Azwan Zain (2020:121) media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan agar tercapai tujuan pembelajaran.
Namun ada beberapa kendala yang dihadapi guru untuk melaksanakan pembelajaran interval nada.
Kendalanya antara lain kurangnya alat musik pianika yang menunjang pembelajaran, kemampuan siswa dalam bermain musik berbeda-beda. Ada yang cepat ada yang lambat. Juga kurangnya jam pembelajaran, sehingga siswa kurang optimal dalam berlatih.
Hambatan terbesar dalam pembelajaran interval nada dengan alat musik pianika adalah kurangnya alat musik tersebut. Karena tidak semua siswa mampu dan mau membeli pianika. Untuk mengatasinya, penulis mengajak siswa berkreasi membuat tiruan pianika yang diberi nama “pankreas” atau pianika dari kertas. Diharapkan dengan cara ini tujuan pembelajaran bermain musik melodis di SD Pucungrejo 2 Muntilan dapat tercapai.
Adapun bahannya terdiri dari kertas manila/karton, spidol kecil/besar, kertas kado dan sebagainya. Kertas dibuat model/tiruan pianika dengan not, tuts putih, tuts hitam dengan warna dan ukuran pianika yang ukurannya harus persis dengan aslinya. Kemudian siswa dipersilakan untuk berkreasi menghiasai hasil karyanya.
Dengan menggunakan pianika tiruan ini siswa merasa percaya diri karena pianika hasil karya kreasi sendiri dan karya semua siswa sama. Selain itu, guru akan lebih mudah memulai pembelajaran karena persiapan anak dengan kemampuan yang sama.
Mulailah guru mengajari siswa langkah demi langkah untuk memainkan pianika. Adapun langkahnya, pertama latihan membaca not dari lagu dengan not yang sederhana atau mudah seperti Ibu Kita Kartini, Gundul-gundul Pacul, dan sebagainya. Dari not lagu tersebut dinyanyikan berulang-ulang sampai anak hafal.
Selanjutnya siswa memulai latihan memainkan musik dengan posisi jari jemari ditempatkan di tust pankreas sambil mulut membunyikan not-not sesuai lagu yang dinyanyikan tersebut secara perlahan agar seirama antara jari menekan not di atas pankreas dengan mulut membunyikan not tersebut. Dilakukan per baris diulang-ulang sampai seirama antara jari jemari dengan pengucapannya, hingga lagu selesai.
Setelah siswa terampil, pertemuan selanjutnya siswa membawa pianika sesungguhnya dan dalam latihannya bergabung dengan siswa yang menggunakan pianika pankreas. Jadi suaranya ada yang dari mulut ada yang dari pianika sesungguhnya.
Ternyata setelah siswa latihan bersama dengan pankreas, mereka tidak canggung dalam memainkan pianika sesungguhnya. Bahkan setelah siswa bisa memainkan pankreas, timbul penasaran dan keinginan untuk memainkan pianika yang sesungguhnya.
Setelah beberapa kali latihan bersama, tanpa paksaan, siswa dengan senang hati membeli pianika untuk pembelajaran SBdP. Dari pengalaman tersebut maka keterampilan siswa kelas 6 dalam memainkan interval nada di SD Pucungrejo Muntilan meningkat dengan kemampuan yang sama. (pf/lis)
Guru SDN Pucungrejo 2, Kec. Muntilan, Kabupaten Magelang