27 C
Semarang
Sunday, 24 August 2025

Mendongeng Asyik dengan Bermain Peran

Oleh : Dian Ayu Setiawati, S.Pd.,Gr

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Dongeng menjadi salah satu pelajaran yang paling ditunggu-tunggu oleh anak usia sekolah dasar (SD) terutama dongeng tentang binatang atau cerita fabel. Karena di dalamnya banyak cerita unik, menarik, dan menghibur.

Melalui dongeng, anak dapat belajar budi pekerti, mengembangkan imajinasi, dan meningkatkan keterampilan berbahasa. Mengingat betapa pentingnya dongeng tersebut maka cerita fabel masuk ke dalam salah satu ragam sastra yang dipelajari di kelas II sekolah dasar.

Namun jika pembelajaran dongeng atau cerita fabel tersebut tidak dikemas menarik, siswa akan jenuh dan tak jarang kurang memahami isi dongeng. Tentu ini menjadi tantangan kita sebagai guru dalam menyampaikan dongeng agar siswa lebih antusias dalam mempelajarinya.

Diharapkan juga siswa memahami isi dongeng sehingga dapat menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri dan dapat memaknai pesan dari dongeng tersebut.

Oleh karena itu, guru berusaha membangun suasana yang menyenangkan saat belajar. Salah satunya dengan menerapkan metode baper atau yang sering kita kenal dengan bermain peran.

Endang Mulyatiningsih (2011:236) menjelaskan metode bermain peran dalam penerapannya dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk menirukan suatu aktivitas di luar atau mendramatisasi situasi, ide, maupun suatu karakter tertentu.

Dengan kata lain, metode baper atau bermain peran merupakan pembelajaran untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas.

Guru memilih menerapkan metode baper (bermain peran) karena sesuai dengan karakteristik siswa-siswi kelas II di SD Negeri Jati 2 yang memiliki gaya belajar kinestetik. Selain itu, anak-anak kelas rendah juga cenderung senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung karena pada masa ini anak berada pada tahap operasional konkret.

Bagi anak SD penjelasan dari guru mengenai materi pembelajaran akan lebih dipahami jika anak ikut merasakan atau melakukan apa yang ada di materi pembelajaran tersebut secara langsung. Jadi, siswa turut berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran.

Belajar menggunakan metode baper (bermain peran) ini diawali oleh guru dengan mempersiapkan beberapa pilihan cerita fabel sederhana yang sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai. Guru bersama siswa membentuk kelompok dan membuat kesepakatan bersama supaya kegiatan bermain peran dapat berjalan dengan baik.

Selanjutnya setiap kelompok memilih cerita masing-masing dan mempelajarinya dengan bimbingan guru. Secara bergantian, setiap kelompok menampilkan performance-nya sedangkan kelompok lain mengamati dengan saksama. Selama proses pembelajaran, siswa sangat aktif dan antusias dalam memerankan karakter yang ada dalam dongeng.

Tidak hanya berperan, siswa juga menggunakan atribut sesuai isi cerita dari dongeng. Pada akhir kegiatan, siswa bersama guru melakukan tanya jawab dan menyimpulkan hasilnya.

Hal ini tentu sejalan dengan pendapat Uno Hamzah (2009:26) yang menyatakan bahwa guru perlu memperhatikan langkah-langkah bermain peran seperti menghangatkan suasana dan memotivasi siswa, memilih peran, menyusun tahapan-tahapan peran, menyiapkan pengamat, pemeranan, diskusi dan evaluasi, serta membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.

Penggunaan metode baper (bermain peran) ini efektif dalam meningkatkan keterampilan menceritakan isi dongeng pada siswa kelas II SD Negeri Jati 2.

Hal ini dapat dilihat dari persentase indikator keberhasilan sebesar 86,20% dengan ketercapaian indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75%. Selain itu, penggunaan metode bermain peran juga dapat menciptakan suasanan belajar yang lebih menyenangkan dan penuh keceriaan, mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan memiliki keterkaitan untuk belajar serta fokus dalam menceritakan isi dongeng. (pf/lis)

Guru SDN Jati 2, Kec. Sawangan, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya