RADARSEMARANG.COM, Prestasi belajar matematika berasal dari tiga kata yaitu prestasi, belajar dan matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi berarti hasil yang telah dicapai atau hasil dari yang telah dilakukan.
Menurut John Dewey (dalam Suciati 2005: 4.5) belajar adalah proses proses dialektis yang mengintegrasikan pengalaman konsep, observasi dan tindakan.
Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu observasi, pengetahuan dan pertimbangan. Belajar adalah suatu siklus interaksi antara individu dan lingkungannya menurut Piaget (dalam Suciati 2005: 4.5).
Prestasi belajar adalah merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya (Usman, 1993:9).
Menurut Kerami (2003:76) pecahan adalah ekspresi yang berbentuk pembilang/penyebut dan merupakan suatu besaran. Menurut Mustaqim (2008: 163), pecahan merupakan bagian dari keseluruhan.
Septiasari (2009 : 43) mengatakan pecahan adalah bilangan yang menggambarkan keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, bagian dari suatu himpunan. Contoh-contoh pecahan adalah pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan decimal, dan persen.
Secara kaffah model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif menurut Meyer (dalam Trianto, 2010:21).
Menurut Joice (dalam Trianto 2010:22) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum.
Menurut Arends (dalam Trianto 2010: 92) pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri. Mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada pemecahan suatu masalah dengan menggunakan konsep dasar yang dimiliki.
Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa matematika materi pecahan di kelas IV SD. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika tentang pecahan.
Berdasarkan hasil analisis terhadap rendahnya prestasi belajar siswa, disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered sehingga peserta didik menjadi pasif.
Hasil penelitian mengacu pada perolehan skor yang dicapai siswa dalam materi pecahan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah baik melalui hasil tes maupun hasil nontes.
Pembelajaran matematika siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep dari materi yang diajarkan. Selain itu juga siswa diberi kebebasan berpikir untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Dengan motivasi dan dorongan yang diberikan oleh guru, dapat menumbuhkan keberanian, mengutarakan dan mempertahankan pendapat. Hal ini terlihat ketika banyak siswa yang mengacungkan jari berpendapat atau menjawab pertanyaan.
Siswa juga semakin serius memperhatikan penjelasan dari guru. Hal tersebut terlihat ketika berdiskusi, suasana kelas menjadi kondusif karena sudah berkurangnya siswa yang berbuat gaduh atau bermain sendiri.
Model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai model pembelajaran alternatif, khususnya pada materi pecahan. Model pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang cukup lama sehingga guru harus bisa memadukan waktu yang tersedia dengan materi yang akan diajarkan. (ips3/lis)
Guru SDN 02 Walangsanga, Kec. Moga, Kabupaten Pemalang