RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran dalam suasana menyenangkan akan memotivasi siswa lebih aktif dan kreatif. Hal ini senada dengan pendapat Yanu Armanto (2011) bahwa pembelajaran menyenangkan membuat siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu, untuk terus belajar.
Sebaliknya, pembelajaran dalam suasana tidak menyenangkan akan menyebabkan siswa menjadi jenuh, stres dan bosan.
Kondisi ini juga terjadi pada kelas IV semester 2 SD Negeri Wonotenggang Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal mata pelajaran PPKn tema 6 materi “Keragaman Kegiatan dalam Masyarakat”.
Sebagian besar siswa cenderung malas mengikuti pembelajaran, bermain sendiri, dan sering keluar kelas. Oleh karena itu diperlukan upaya nyata untuk mengatasi permasalahan itu, agar siswa lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran. Yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat, salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran C3T (Cerdas, Cermat, Cepat dan Tepat).
Metode C3T adalah pembelajaran yang mengadopsi (mengambil) model kompetisi lomba cerdas cermat. Unsur pendidikan yang ditekankan adalah unsur kecerdasan, ketelitian, kecepatan, ketangkasan dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Perbedaan metode C3T dengan model lomba cerdas cermat pada umumnya adalah pada pola kerja dan aplikasinya (penerapannya). Lomba cerdas cermat umum terbatas pada 2, 3 atau 4 tim.
Sementara itu, pola kerja dan penerapan C3T dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk semua siswa di kelas. Metode C3T adalah model pembelajaran yang menekankan peran aktif siswa untuk belajar mandiri di dalam maupun luar sekolah (Jasa Ungguh Muliawan, 2016).
Keunggulan C3T antara lain: a) melatih dan meningkatkan rasa percaya diri siswa, b) melatih mental dan semangat belajar, c) melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu: a) guru menyiapkan materi pelajaran 2–3 bulan sebelumnya, b) guru menyiapkan soal dan pertanyaan sebanyak mungkin serta diseleksi berdasarkan tingkat kesulitan yang dimiliki, c) guru menyampaikan garis-garis besar semua materi pelajaran tersebut dalam jangka waktu 1 hari, d) guru meminta siswa belajar di rumah, e) hari berikutnya, dilakukan proses cerdas, cermat, cepat, dan tepat (C3T), f) guru menentukan mekanisme pelaksanaan C3T, misalnya dengan siapa yang cepat mengangkat tangan, ia yang berhak menjawab pertanyaan, g) jika jawaban siswa benar, ia mendapat 1 poin untuk satu jawaban benar. Setelah terkumpul 3 poin, siswa tersebut boleh istirahat dan menjadi penonton sekaligus pendengar C3T di kelas, h) jika soal yang diberikan tidak berhasil dijawab oleh semua siswa di kelas tersebut, pertanyaan soal diganti dengan pertanyaan yang lebih mudah, i) cara yang sama dilakukan terus-menerus sampai semua siswa memperoleh nilai 3 poin, j) hari berikutnya, siswa diundi secara acak untuk membentuk beberapa kelompok, k) metode yang sama diterapkan, satu pertanyaan benar memperoleh 1 poin untuk satu kelompok, l) jenis dan tipe soal yang digunakan untuk model pembelajaran C3T tahap kedua (untuk kelompok) berbeda dengan tahap pertama. Tahap kedua karena ditujukan untuk kelompok, tingkat kesulitannya lebih tinggi dibandingkan tahap pertama, m) banyaknya tahapan C3T yang akan dilalui menyesuaikan tingkat penguasaan materi pelajaran siswa di kelas tersebut, n) jika kemampuan siswa terbatas, pendalaman materi menjadi prioritas utama, o) sebaliknya, jika kemampuan siswa berada di atas rata-rata, pengembangan materi menjadi pilihan terbaik.
Dari hasil implementasi metode pembelajaran C3T (Cerdas, Cermat, Cepat dan Tepat) minat belajar siswa kelas IV SD Negeri Wonotenggang Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal meningkat, siswa lebih aktif, kreatif, antusias dan tangkas dalam pembelajaran. (*/ton)
Guru SD Negeri Wonotenggang Kec. Rowosari Kab. Kendal