RADARSEMARANG.COM, Transformasi energi adalah salah satu materi IPAS yang diajarkan di kelas IV. Materi ini sangat penting karena berhubungan dengan kehidupan nyata anak-anak.
Tujuan pembelajaran materi transformasi energi siswa kelas IV antara lain mengenalkan konsep bahwa energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Namun energi dapat diubah bentuknya.
Materi energi ini sulit dipahami siswa jika menggunakan metode pembelajaran secara konvensional dimana guru hanya menjelaskan. Guru perlu menggunakan media yang dapat memberikan gambaran konkret mengenai materi tersebut karena materi energi di sekolah dasar merupakan salah satu materi abstrak. Siswa tidak dapat melihat energi hanya dapat mengamati perubahan bentuk energi..
Di SDN Salam 1, penulis mengajarkan materi transformasi energi dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Problem Based Learning menurut Ibrahim (dalam Aris Shoimin, 2014) merupakan model pembelajaran yang meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah memusatkan pada keterkaitan antardisiplin penyelidikan otentik, kerja sama dan menghasilkan karya serta peragaan.
Dalam pembelajaran ini penulis melaksanakan beberapa tahapan. Tahap pertama memberikan orientasi permasalahan. Penulis memberikan pertanyaan berkaitan dengan perubahan bentuk energi pada benda elektronik yang ada di dalam kelas.
Tahap kedua membimbing siswa mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan permasalahan. Penulis membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan permasalahan dan melakukan percobaan sederhana tentang transformasi energi.
Tahap ketiga membimbing siswa dalam kelompok untuk memecahkan permasalahan. Siswa dalam kelompok melakukan berbagai percobaan sederhana tentang perubahan bentuk energi. Percobaan yang pertama membuat kertas spiral yang bergerak. Siswa membuat kertas spiral, ujung kertas spiral diikatkan dengan benang.
Ujung benang yang lain diikatkan pada tusuk sate atau sumpit. Siswa mendekatkan kertas spiral sekitar 5 cm dari api lilin. Lalu diamati perubahan energi yang terjadi.
Percobaan yang ke dua kotak yang bersuara.
Siswa memasukkan sejumput beras ke dalam kotak bekas korek api, menutup kotak bekas dengan selotip supaya beras tidak keluar. Siswa mencoba membuat kotak itu berbunyi.
Percobaan ke tiga lari estafet. Siswa melakukan lari estafet untuk merasakan perubahan energi yang terjadi. Percobaan keempat, penulis menyediakan empat rangkaian kincir yang telah dihubungkan dengan dinamo, kabel, dan lampu. Siswa dalam kelompok melakukan percobaan supaya lampu menyala.
Tahap keempat membimbing siswa dalam membuat laporan diskusi. Penulis membimbing siswa mendiskusikan energi apa saja dan perubahan energi apa saja yang ada dalam percobaan yang telah mereka lakukan. Siswa membuat laporan hasil diskusi kelompok dan mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
Tahap kelima mengevaluasi dan membantu siswa merefleksi proses yang telah dilakukan siswa. Pada tahap ini, penulis merefleksi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan berkaitan dengan pengertian energi, cara manusia menghasilkan bentuk energi, dan transformasi energi.
Shoimin (2014:132) mengemukakan kelebihan dari penerapan model PBL adalah siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
Dengan menggunakan model PBL, siswa kelas IV SD Negeri Salam 1, Kec. Salam, Kabupaten Magelang lebih memahami dan memaknai pembelajaran perubahan bentuk energi. Mereka aktif dalam pembelajaran dengan melakukan praktik langsung.
Model pembelajaran PBL juga meningkatkan keterampilan siswa berpikir kritis, ilmiah, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal dalam belajar. Dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok, serta menumbuhkan karakter gotong royong dan mandiri. (pf/lis)
Guru SDN Salam 1, Kec.Salam, Kabupaten Magelang
