RADARSEMARANG.COM, Pendidikan karakter merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian dalam proses pendidikan. Pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter disebabkan banyaknya peristiwa yang menunjukkan terjadinya krisis moral, baik di kalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua. Salah satu nilai karakter yang perlu dikembangkan di sekolah adalah kedisiplinan.
Hal itu juga dilakukan penulis di SD Negeri Bojonglor, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Berbekal karakter disiplin diharapkan akan muncul karakter-karakter yang baik lainnya dalam diri peserta didik.
Pentingnya penguatan nilai karakter disiplin didasarkan pada alasan banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh peserta didik yang tidak mengikuti aturan di sekolah.
Penguatan pendidikan karakter di era sekarang merupakan hal yang penting untuk dilakukan mengingat banyaknya peristiwa yang menunjukkan terjadinya krisis moral baik di kalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua.
Oleh karena itu, penguatan pendidikan karakter perlu dilaksanakan sedini mungkin dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan meluas ke dalam lingkungan masyarakat.
Salah satu nilai karakter yang perlu dikembangkan adalah disiplin. Nilai karakter disiplin sangat penting dimiliki oleh manusia agar kemudian muncul nilai-nilai karakter yang baik lainnya.
Pentingnya penguatan nilai karakter disiplin didasarkan pada alasan bahwa sekarang banyak terjadi perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan (Wuri Wuryandani, Bunyamin Maftuh, Sapriya, 2014).
Perilaku tidak disiplin yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah, antara lain terlambat berangkat ke sekolah, tidak menggunakan seragam, membuang sampah sembarangan, mencorat-coret dinding sekolah, mengucapkan kalimat kotor (Jawa: misuh), membolos sekolah, berkelahi dan membuat gaduh, terlambat mengumpulkan tugas, dan lainnya.
Terjadinya perilaku tidak disiplin di sekolah tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi permasalahan serius dalam hal pendidikan karakter disiplin. Munculnya perilaku tidak disiplin menunjukkan bahwa pengetahuan yang terkait dengan karakter yang didapatkan siswa di sekolah tidak membawa dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa sehari-hari (Nining Febriani, 2017).
Pada dasarnya siswa tahu bahwa perilakunya tidak benar, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiasakan diri menghindari perilaku yang salah tersebut. Hal ini merupakan dalam proses pendidikan karakter yang terjadi. Bisa jadi pendidikan karakter yang dilakukan selama ini baru pada tahap pengetahuan saja, belum sampai pada perasaan dan perilaku yang berkarakter.
Pendidikan karakter bukanlah tanggung jawab segelintir orang atau lembaga tertentu saja. Pelaksanaan pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Miftahul Jannah, 2018).
Ketiga lingkungan pendidikan tersebut harus bekerja bersama-sama untuk mendukung konsistensi dan kontinuitas pendidikan karakter. Sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mendukung keberhasilan pendidikan karakter, perlu dilakukan sosialisasi tentang moral dasar yang perlu dimiliki anak dan remaja untuk mencegah remaja melakukan kejahatan yang dapat merugikan diri remaja itu sendiri maupun orang lain.
Melalui pendidikan karakter akan tertanam nilai-nilai karakter yang baik di dalam diri individu, terutama bagi peserta didik di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, internalisasi pendidikan karakter disiplin siswa di kelas rendah harus dilakukan melalui strategi dan metode yang tepat.
Adapun metode internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang dapat digunakan dalam pembentukan karakter siswa di sekolah menurut pandangan Heri Jauhar Muchtar, yaitu Metode Keteladanan (uswah hasanah), Metode Pembiasaan, Metode Nasehat, dan Metode Hukuman (Heri Jauhar Muchtar, 2008).
Strategi dan metode internalisasi nilai karakter disiplin siswa di kelas rendah harus berjalan bersama. Dan guru dapat memulai dengan memberikan keteladanan kedisiplinan di lingkungan kelas atau sekolah dengan datang tepat waktu, yang diimplementasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya satuan pendidikan, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan keseharian di rumah.
Untuk menjalankan siklus kedisiplinan di kelas juga membutuhkan kebijakan, keadilan, dan ketegasan dari guru, yaitu dengan memberikan nasehat kepada siswa yang kurang disiplin dan hukuman yang mendidik ketika melanggar aturan yang sudah disampaikan kepada siswa di kelas. (*/aro)
Guru PAI SD Negeri Bojonglor, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan