RADARSEMARANG.COM, Mata Pelajaran Seni Budaya merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada peserta didik tingkat SMP/MTs. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis dalam mata pelajaran seni budaya di MTs Negeri 2 Demak, hasil nilai peserta didik masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Peserta didik cenderung lamban dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran seni budaya karena kekurangan ide hal tersebut terjadi karena sumber belajar yang digunakan disekolah masih terbatas.
Sumber belajar yang ada disekolah belum mampu meningkatkan kreatifitas peserta didik dalam belajar seni budaya sehingga masih banyak gambar yang dihasilkan oleh peserta didik memilki kesamaan dengan gambar yang dihasilkan oleh teman yang lain.
Dilihat dari hasil karya gambar desain peserta didik yang kurang bervariasi, peserta didik kurang mampu mengembangkan hasil karyanya agar lebih orisinil dan lebih variatif karena kurangnya sumber belajar.
Penyampaian materi pelajaran akan lebih dimengerti apabila didukung dengan menggunakan media pembelajaran. Di masa yang semakin berkembang ini, media tidak terbatas diperoleh dari sekolah saja, tetapi banyak jenis media yang bisa dicari di luar lingkup sekolah yang mendukung proses pembelajaran.
Selain untuk membantu peserta didik dalam pemahaman lebih konkrit, pemanfaatan media dapat digunakan sebagai sumber belajar yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran.
Umumnya strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah sehingga proses pembelajaran bersifat monoton dan tidak adanya variasi dalam pembelajaran. Keadaan seperti ini menyebabkan peserta didik kehilangan semangat atau minat dalam belajar dan cenderung menjadi pasif karena terlibat dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Seni Budaya adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Active Learning (SAL). Karena siswa dapat terlibat aktif serta memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing.
Sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat. Pembelajaran SAL adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal menurut Gagne dan Briggs (dalam Suyatno, 2011: 10).
Model pembelajaran kontekstual peserta didik secara langsung ke lapangan untuk menemukan dan mencari materi pelajaran. Sehingga proses pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran bermakna menurut Ausubel (Isti Hidayah, Sugiarto, Siti Muslichatun, Titi Lestariningsih, 2003: 3) adalah proses pembelajaran yang dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif.
Sebaliknya, jika informasi baru tidak dapat dikaitkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, maka akan hanya terjadi belajar hafalan. Proses belajar hafalan ini merupakan proses penerimaan informasi jangka pendek.
Sedangkan proses belajar dengan pengulangan di lapangan dan peserta didik mampu menemukan sesuatu materi yang dikaji, maka penerimaan informasi bersifat jangka panjang.
Pembelajaran melalui Student Active Learning pada dasarnya mendorong agar peserta didik bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Atas dasar asumsi yang mendasarinya itulah, maka penerapan komponen konstruktivisme dalam pembelajaran melalui Student Active Learning, peserta didik didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
Sebelum diterapkannya metode Student Active Learning pada mata pelajaran seni budaya, kreativitas peserta didik cenderung tidak berkembang. Tetapi setelah diterapkannya metode Student Active Learning, peserta didik menjadi lebih kreatif dalam belajar seni budaya. (md3/aro)
Guru Seni Budaya MTs Negeri 2 Demak