RADARSEMARANG.COM, Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang paling pokok dalam dunia pendidikan. Berhasil dan tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar mengajar yang dijalankan secara profesional oleh guru.
Matematika dianggap ilmu pasti yang identik dengan angka-angka. Masih banyak anak yang mengganggap matematika itu pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Karena anggapan tersebut maka siswa semakin tidak menyukai pelajaran matematika. Sejauh ini matematika mempunyai standar kelulusan yang jauh lebih rendah dibanding mata pelajaran lain.
Kesulitan maupun kegagalan yang dialami siswa tidak hanya bersumber pada kemampuan siswa yang kurang. Ada faktor lain yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika.
Faktor dari luar diri siswa, antara lain lingkungan keluarga, pergaulan, teknik belajar serta strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar yang sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Winkel (Hamdani, 2011: 137) berpendapat prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Hal tersebut juga terjadi di kelas 3 SDN Sucen, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Maka, guru mencoba menerapkan pembelajaran matematika dengan cara mencongak. Mencongak diartikan sebagai mengingat hasil hitungan di luar kepala, sehingga peserta didik hanya cukup menuliskan apa yang mereka ingat.
Metode mencongak juga melatih kekuatan daya ingat dan kecepatan berfikir siswa. Guru tidak hanya mengajarkan satu cara dalam penyelesaian soal matematika tetapi beberapa cara. Juga melatih imajinasi mengenai angka dari peserta didik sehingga mereka tidak memerlukan bantuan lainnya.
Mencongak adalah metode menghitung di luar kepala, dengan ingatan saja dan siswa cukup menuliskan hasilnya (Isbah Khoiri, 2011). Sejalan dengan pendapat tersebut, Itroh Maesaroh (2013) menyatakan, “Pengertian mencongak dalam matematika adalah menghitung di luar kepala tanpa menggunakan alat bantu dan langsung menuliskan hasilnya.”
Mencongak adalah menghitung di luar kepala (dengan ingatan saja, yang ditulis hasilnya) (Depdiknas, 2008: 274). Manfaat yang diperoleh dari mencongak, yaitu siswa melakukan perhitungan, maka daya pikir siswa akan bertambah baik. Selain itu, mencongak juga dapat mempertajam daya ingat siswa (Itroh Maesaroh, 2011:8).
Adapun langkah-langkah metode mencongak menurut James O Wittaker sebagai berikut: pertama perencanaan. Guru menampilkan bentuk perkalian 1-10. Lalu siswa diminta mengingat dan menghafal perkalian 1-10. Berikan waktu yang cukup untuk kesiapan peserta didik tersebut.
Kedua, pelaksanaan. Guru memberikan pertanyaan secara spontan, setelah pertanyaan selesai guru memberi ketukan di atas meja. Siswa mengacungkan jari atau mengangkat tangan bahwa anak sudah siap menjawab.
Guru memberikan reward pada siswa yang berhasil menjawab. Ketiga, evaluasi. Guru menentukan jenis penilaian, melakukan pengamatan secara langsung pada siswa dan menilai sesuai jenis penilaian yang sudah ada.
Mencongak mudah diterapkan dan dapat menciptakan kebersamaan antara guru dan siswa. Mengajak siswa berfikir cepat, guru bisa melihat siswa mana yang masih canggung mengenai perkalian, melatih aspek motorik.
Kekurangannya, guru agak memaksa siswa agar berlatih keterampilan berhitung walaupun mungkin siswa bosan dengan cara ini. Sebagian siswa merasa kurang senang dengan metode ini.
Dengan pelaksanaan yang kontinu di setiap pelajaran matematika, maka siswa akan lebih mudah mengingat perkalian dan lebih cepat dalam menghitung matematika.
Selain itu, siswa tidak perlu membuka lagi tabel perkalian, tidak tergantung pada kalkulator, ataupun menggunakan jarimatika. Mencongak membantu siswa meningkatkan kompetensi dalam melakukan operasi hitung matematika. Sehingga mereka tidak merasakan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. (pf/lis)
Guru SDN Sucen, Kec. Salam, Kabupaten Magelang
