RADARSEMARANG.COM, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dan generalisasi yang berkaitan dengan fenomena alam serta kehidupan makhluk. Sering terjadi salah tafsir manakala IPS dipahami sebagai hafalan.
Dengan serentetan kata tanya apa, kenapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa, terjawab dengan jalan menghafal. Untuk itu tidak dipungkiri lagi bahwa anak dituntut untuk terus belajar menghafal, bahkan kadang kala mengesampingkan aspek pemahaman.
Ada tiga hal prinsip keberhasilan sejalan dengan “Taksonomi Bloom” yang harus dicapai siswa seusai belajar yaitu kemampuan kognitif (pengetahuan), kemampuan afektif (penghayatan), dan kemampuan psikomotorik (perilaku). Ketiga prinsip tersebut berlaku juga dalam pembelajaran IPS (Mudyaharjo, 2012:149).
Dengan demikian yang dimaksud dengan keberhasilan dalam belajar IPS bukanlah semata-mata hanya diukur dengan perolehan nilai yang memuaskan baik dalam ulangan maupun ujian akhir, tetapi diukur pula dari materi IPS yang dipelajari dapat dihayati dan diterapkan dalam perilaku sehari-hari.
Pengalaman menunjukkan keberhasilan seseorang siswa dalam belajar IPS ternyata ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mendukung secara serempak atau terpadu.
Dengan hanya mengandalkan faktor kecerdasan saja belum tentu menjamin keberhasilan siswa, jika tidak didukung faktor lain. Teknik pembelajaran Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara, Hindu Budha dan Islam yang dilaksanakan di SMP Negeri 20 Semarang kelas 7 semester genap tahun pelajaran 2019-2020 dengan menggunakan metode karyawisata (field trip), Metode ini dipilih sebagai metode tepat guna dalam menarik minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.
IPS itu sendiri sangat berhubungan erat dengan lingkungan. Karyawisata adalah metode mengajar dengan guru mengajak siswanya keluar kelas untuk menuju pada objek yang sesungguhnya sebagai sumber belajar yang disesuaikan dengan materi ajar.
Dengan karyawisata diharapkan siswa dapat mengamati, merasakan, melakukan secara langsung objek. Dengan karyawisata pula menambah pengalaman wawasan serta ingatan siswa.
Karyawisata menempatkan guru sebagai fasilitator sehingga siswa dapat aktif melakukan kegiatan. Sehingga menumbuhkan perasaan santai, tapi tetap serius pada diri siswa. Karyawisata adalah metode alternatif yang edukatif dan menyenangkan.
Tumbuhnya pengalaman dari berwisata adalah guru berharga dan trik pembelajaran yang menarik, menyenangkan serta akan membangun “kerinduan” untuk belajar dan belajar.
Winarno (1980: 115-116) mengatakan metode karyawisata atau field trip adalah metode belajar dan mengajar di mana siswa dengan bimbingan guru diajak mengunjungi tempat tertentu untuk belajar.
Berbeda halnya dengan tamasya yang pergi untuk mencari hiburan semata. Field trip sebagai metode belajar mengajar lebih terikat oleh tujuan dan tugas belajar.
Penggunaan metode field trip dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara, Hindu Budha dan Islam pada siswa kelas VII SMP N 20 Semarang. (ips2.2/lis)
Guru IPS di SMPN 20 Semarang