RADARSEMARANG.COM, Kemajuan teknologi membuat sebagian siswa cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi menggunakan internet. Dunia pendidikan juga mengikutinya terutama dalam pelaksanaan pembelajaran. Peserta didik lebih tertarik pada informasi berbasis internet secara visual daripada membaca buku atau mendengarkan ceramah guru.
Kondisi ini berdampak pula dalam konseling. Di mana menjadikan konseling secara konvensional yang cenderung verbal menjadi terkesan monoton dan membosankan. Mengakibatkan konseling tidak efektif.
Sehingga guru BK perlu berinovasi dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan karakteristik peserta didik. Menciptakan suasana atau cara baru dalam pelaksanaan konseling, salah satunya dengan layanan konseling kreatif.
Konseling merupakan inti atau jantung dari keseluruhan layanan BK. Konseling adalah hubungan profesional antara konselor dengan konseli. Dapat dilakukan individu maupun kelompok dengan tujuan membantu konseli mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalahnya (Prayitno, 2005).
Konseling kreatif merupakan upaya konselor membantu konseli dalam mengoptimalkan potensinya dengan menggunakan pendekatan multi-aspek, pemanfaatan alat bantu kreatif yang bersifat multisensori. Pendekatan konseling kreatif diharapkan dapat mengurangi kelemahan konseling konvensional yang selama ini dipraktikkan di sekolah, termasuk SMAN 1 Kemangkon.
Pada konseling kreatif, kreativitas dimaknai sebagai upaya individu untuk mampu mengembangkan potensi diri. Konseling kreatif bertujuan mendorong konseli menjadi aktif, berfikir untuk diri mereka sendiri, dan melihat pengalaman sendiri selama sesi konseling berlangsung. Sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian konseli.
Sawyer (2006) mengidentifikasi ada lima tahap yang dibutuhkan dalam proses konseling kreatif. Yaitu 1) Tahap persiapan mengacu pada kondisi kemampuan, bakat, minat, dan akumulasi pengalaman seseorang sebagai prasyarat proses kreatif, 2) Tahap konsentrasi meliputi proses penjadwalan pelaksanaan terapi/ konseling dan penetapan ketentuan. 3) Inkubasi yaitu tahap dimana berbagai informasi, pengalaman, gagasan mengalami pengendapan dan pengeraman, 4) Iluminasi yaitu tahap dimana seseorang mengalami semacam pencerahan, menemukan gagasan baru, 5) Verifikasi dan elaborasi yaitu tahap menguji gagasan kreatif.
Keberhasilan konseling kreatif bergantung pada keterampilan konselor, kemauan konseli untuk bekerjasama, dan ketepatan jenis kreativitas yang dipilih. Menurut Jacobs (1992), konseling kreatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu 1) metafora, 2) impact, 3) ekspresif, pendekatan dilakukan dalam bentuk seni musik, visual, drama, menggambar atau menulis ekspresif, serta gerak seperti seni tari atau dansa. 4) guided imagery, 5) prop interventions, pendekatan dengan menggunakan alat peraga 6) reading intervention, seperti teknik biblioterapi, yaitu penggunaan literatur untuk terapeutik 7) writing intervention, bentuk intervensi kreatif dengan cara menulis, seperti puisi, surat, jurnal harian, atau bercerita bagi konseli yang tidak suka menulis 8) music intervention, menggunakan musik sebagai cara untuk mengekspresikan diri, mengatasi stres, bersantai dan bersenang-senang serta merasakan dan mengalami dunianya, dan 9) play intervention, intervensi bermain yang dapat membantu konseli dalam berpikir secara berbeda tentang diri mereka, keluarga dan teman-teman, serta masalah sekolah melalui penggunaan kegiatan yang menyenangkan.
Konseling kreatif menjadi salah satu strategi alternatif agar dapat memberikan layanan bantuan secara efektif. Konseling akan jauh dari kesan membosankan karena konselor dituntut dapat menstimulasi konseli agar melibatkan semua dimensi dan indera mereka selama sesi konseling. (ips2/fth)
Guru BK SMAN 1 Kemangkon, Purbalingga