RADARSEMARANG.COM, SUDUT pandang pembelajaran matematika kurang menyenangkan memang perlu diubah menjadi menyenangkan. Hal ini berangkat dari adanya beberapa pernyataan dari siswa bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Guru matematika dicap sebagai guru yang galak.
Siswa menjadi malas masuk jam pembelajaran matematika. Bahkan ada kejadian beberapa siswa yang bolos atau meninggalkan kelas ketika jam pelajaran matematika. Berikut ini merupakan kenyataan yang sangat sering kita jumpai dalam dunia pendidikan kita, baik mulai di sekolah dasar, menengah bahkan tingkat perguruan tinggi sekalipun.
Sudah saatnya sudut pandang pembelajaran matematika dari kurang menyenangkan diubah atau direformasi menjadi pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi siswa. Untuk itu guru harus membantu siswa membangun pemahaman tersebut.
Siswa harus mampu mengkonstruk sendiri pengetahuan matematikanya dengan bantuan seperlunya dari guru. Pembelajaran matematika harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan hanya sekedar menerima pengetahuan saja. Seperti yang diterapkan di SMK Negeri 1 Cepu.
Siswa wajib dimotivasi membuat hubungan antara pengetahuan matematika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran matematika yang diterima siswa bukan merupakan sederetan definisi, algoritma, teorema, maupun rumus-rumus yang harus di hapalkan, serta lebih mudah membosankan yang pada akhirnya menuntut guru dan siswa untuk mencari jalan pintas yang cepat untuk mengingat ataupun menghapal pengetahuan matematika.
Fathani (2009) menyatakan bahwa matematika itu penting baik sebagai alat bantu, sebagai ilmu, sebagi pembentukan sikap maupun sebagai pembimbing pola pikir. Salah satu faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran matematika di kelas adalah guru.
Sebagai seorang guru diharuskan sanggup menyampaikan materi dengan baik kepada siswanya. Sehingga dapat merubah cara pandang siswa tehadap pembelajaran matematika yang dipandang berkesan negatif selama ini menjadi berkesan positif.
Seorang guru juga harus memiliki daya cipta kreatif dalam membuat suasana saat proses pembelajaran matematika menjadi menyenangkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar karena tercapainya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa.
Menurut pandangan Gafur (2012) menerangkan bahwa “proses pembelajaran pada dasarnya sama dengan proses komunikasi, yaitu proses beralihnya pesan dari 3 sumber, menggunakan saluran, kepada penerima, dengan tujuan untuk menimbulkan akibat atau hasil.” Oleh karena itu, komunikasi antara guru dan siswa memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran.
Adapun beberapa pendekatan yang dapat di lakukan untuk menghilangkan kesan kurang menyenangkan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan cara mempelajari matematika sesuai kegunaannya, kemudian dapat pula mempelajarinya dengan mulai dari level yang paling mudah atau paling sederhana, baru naik ke tingkat yang lebih tinggi.
Dengan demikian akan melatih kita untuk dapat membuat skala prioritas dari setiap pemecahan persoalan. Selain itu, penting juga untuk membangun pemahaman siswa terhadap suatu persoalan dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika yang lebih mengedepankan hapalan dan menyampingkan membuat siswa untuk memahami konsepnya, hal ini akan membuat pembelajaran matematika terkesan sulit. Yang mana pembelajaran matematika itu perlu mengambil bentuk yang logis dan nyata.
Secara garis besar suatu permasalahan atau persoalan matematika disebut masalah, jika pertama persoalan tersebut membutuhkan jawaban, yang kedua siswa memiliki keingianan untuk menjawab persoalan matematika tersebut, sedangkan yang ketiga siswa mampu menjawab dan yang keempat siswa tidak ada langkah yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan matematika tersebut.
Dengan demikian berdasarkan kriteria suatu persoalan dalam pembelajaran matematika tersebut merupakan masalah, jika persoalan matematika itu yang disampaikan seorang guru harus dapat memberikan rangsangan atau stimulus kepada siswanya. Dengan rangsangan tersebut diharapkan akan muncul respon positif dari siswa.
Adapun respon yang diharapkan berupa kemauan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran matematika tersebut dengan menggunakan potensi yang dimiliki. Sedangkan potensi yang dimiliki siswa tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa berupa kemampuan menalar maupun kemampuan prasyarat yang telah dimiliki oleh siswa tersebut.
Disamping itu siswa dapat juga menggunakan potensi yang berasal dari luar seperti teman sekelas, guru, media pembelajaran matematika yang tersedia dan lain sebagainya.
Sehingga berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapatlah diubah Sudut pandang pembelajaran matematika dari kurang menyenangkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Mari kita bersama-sama mengubah sudut pandang kita terhadap pembelajaran matematika bahwa pembelajaran matematika itu sangat menyenangkan untuk kita pelajari. (ps1/zal)
Guru Matematika SMK Negeri 1 Cepu