26.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Pembelajaran Diferensiasi Memudahkan Guru Berinovasi

Oleh : Yulita Zuhrotun Nurbiyanti, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kurikulum merdeka yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kurikulum merdeka mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik. Guru sebagai fasilitator pendidikan harus dapat melayani kebutuhan peserta didik yang berbeda minat, gaya belajar, latar belakang, maupun keberagaman.

Dalam proses pembelajaran perlu digunakan pendekatan atau metode yang menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik. Salah satunya adalah pembelajaran Bahasa Indonesia .

Dalam upaya meningkatkan kemampuan menelaah unsur kebahasaan teks prosedur, guru harus mampu menyampaikan dengan strategi yang tepat saat pembelajaran di kelas.

Salah satu strategi pembelajaran yang bisa memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang mempunyai kemampuan beragam yaitu pembelajaran diferensiasi (differentiated teaching) atau mendiferensiasikan pengajaran. Istilah lain dari differentiated teaching adalah differentiated instruction atau differentiated learning yang dicetuskan Carol Ann Tomlinson.

Menurut Corley (dalam Rosita 2019 : 3) pembelajaran diferensiasi merupakan pendekatan yang mengizinkan guru untuk merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan dari setiap peserta didik.

Menurut Tomlison (dalam Amin, 2009), dalam pembelajaran diferensiasi, guru menggunakan beberapa kegiatan. Yaitu beragam cara agar peserta didik dapat mengeksplorasi kurikulum. Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga peserta didik dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide. Beragam pilihan dimana peserta didik dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.

Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat bermanfaat agar pertama, anak didik belajar menyampaikan atau mengomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya.

Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang lain.

Menurut Amin (2019) ciri-ciri pembelajaran berdiferensiasi, yaitu bersifat proaktif, menekankan kualitas daripada kuantitas. Berakar asesmen, menyediakan berbagai pendekatan dalam konten proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar. Berorientasi kepada peserta didik, merupakan campuran pembelajaran individu dan klasikal.

Tomlison (2013) menegaskan pembelajaran diferensiasi berpusat pada keragaman peserta didik. Keberagaman itu dapat dilihat melalui kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar. Selain itu, pembelajaran diferensiasi memiliki beberapa elemen. Yakni konten, proses, dan produk.

Guru dapat memilih pembelajaran diferensiasi yang akan digunakan. Pelaksanaan diawali dengan asesmen dan observasi. Proses tersebut dilakukan agar proses pembelajaran diferensiasi dapat berjalan lancar.

Setelah keberagaman peserta didik ketahui, maka elemen pembelajaran diferensiasi dapat dipilih. Guru dapat berinovasi menggunakan berbagai model dan metode yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik sesuai kebutuhan.

Misalnya dalam pembelajaran mengidentifikasi surat dinas bila dilakukan dengan berkelompok, peserta didik dengan kategori kemampuan lebih rendah akan cenderung diam saja dan tidak berkontribusi pada tugas kelompok. Mereka sering dianggap sebagai beban. Padahal sebenarnya mereka bisa dikembangkan kemampuan asal ada penjelasan lebih mudah.

Peserta didik dengan kemampuan lebih tinggi juga dapat lekas bosan bila guru menginstruksikan pembelajaran yang tidak ada tantangan. Guru harus mengajar dengan seimbang tidak bisa condong pada kemampuan tertentu.

Dengan pembelajaran diferensiasi, guru dapat mengajari materi pelajaran yang lebih mudah pada peserta didik kategori kemampuan rendah dan memaksimalkan pengayaan materi pelajaran pada peserta didik dengan katagori kemampuan tinggi. Jadi peserta didik dapat menerima pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. (ds1/lis)

Guru SMPN 2 Salatiga


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya