RADARSEMARANG.COM, Membaca merupakan kegiatan melihat tulisan bacaan dan merupakan proses dalam memahami suatu teks bacaan dengan bersuara atau hanya dalam hati. Kegiatan membaca sebenarnya bisa dilakukan di mana saja, melalui berbagai sarana. Misalnya membaca dari buku, internet, koran, majalah, papan reklame, dan lain sebagainya.
Membaca menurut Kridalaksana dalam Fajar Rachmawati (2007: 3) adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambing-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras.
Dalam proses membaca seseorang akan mendapatkan informasi dari bacaan yang dibacanya. Maka sangatlah tepat dari peribahasa “Buku adalah jendela dunia”. Dari sebuah buku, kita mendapatkan berbagai informasi tanpa kita harus pergi ke suatu daerah. Tanpa kita harus bereksperimen, atau ikut terlibat dalam pemecahan suatu masalah.
Sejak dari pendidikan dasar, seorang anak akan dibekali dengan kemampuan membaca, mulai dari mengenal huruf, melafalkan, menulis, belajar membaca, hingga memahami suatu bacaan. Anak-anak mulai diperkenalkan membaca dari bacaan sederhana dengan buku yang sangat menarik karena didukung gambar dan warna yang diharapkan dapat memikat anak.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi budaya membaca pada siswa. Yang pertama adalah ketersediaan buku yang menarik dan sesuai minat siswa. Kedua adalah ketersediaan perpustakaan sekolah. Beberapa sekolah belum bisa memiliki perpustakaan sekolah yang layak karena ketersediaan lahan untuk pembuatan perpustakaan.
Faktor ketiga adalah imbas dari kemajuan teknologi. Banyak anak yang sudah terbiasa bermain gadget. Mereka terbiasa dengan gambar bergerak, menarik, dan dengan berbagai efek yang menimbulkan anak betah berlama-lama bermain gadget.
Mereka akan kesulitan untuk berlama-lama membaca buku, terlebih jika buku yang dibaca kurang menarik bagi mereka. Walaupun sesungguhnya sangat bermanfaat isi di dalam buku.
Menurut Gipayana (2011:2) sudut baca adalah sebuah ruang yang menyediakan buku-buku dengan jumlah banyak atau sedikit untuk dibaca, dipinjam, dan untuk melakukan aktivitas membaca.
Keberadaan sudut baca kelas diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi siswa untuk belajar membaca dengan baik dan benar. Siswa menjadi lebih dekat dengan buku juga perpustakaan.
Dengan keberadaan sudut baca, diharapkan siswa mulai bisa mencintai buku sejak sedini mungkin.
Membaca bukan sekadar lancar, namun siswa harus bisa memahami apa yang telah dibacanya. Penyediaan buku pada sudut baca bisa disesuaikan dengan tingkatan kelas dan usianya, sehingga buku yang tersedia bisa menarik bagi siswa.
Upaya optimalisasi sudut baca ini bisa dilakukan oleh guru dengan bantuan peran serta orang tua siswa ataupun komite sekolah. Dari segi pengadaan buku, kelas bisa bekerja sama dengan wali siswa atau paguyuban untuk mengadakan donasi buku.
Sebagai contoh, donasi dilakukan setiap kenaikan kelas. Setiap siswa mendonasikan satu buku di kelas yang telah ditinggalkannya. Dari segi literasi, guru bisa membuat program-program tertentu supaya siswa gemar membaca.
Guru bisa menerapkan program 10 menit membaca sebelum pelajaran dimulai, selain membaca guna membimbing siswa bisa memahami isi bacaannya. Siswa diminta menuliskan sinopsis dari buku yang telah dibacanya. Untuk siswa kelas kecil, bisa menulis judul bacaan, nama-nama tokoh dalam cerita dan latarnya.
Dengan keberadaan sudut baca ini, siswa menjadi lebih antusias dalam kegiatan membaca. Setelah selesai mengerjakan tugas dari guru, sambil menunggu teman yang lain belum selesai, siswa yang telah selesai akan langsung menghampiri sudut baca, sehingga kegaduhan di kelas kecil bisa berkurang.
Siswa yang belum begitu lancar membaca akan lebih sering membaca sehingga keterampilan membacanya semakin meningkat. (pf/lis)
Guru SDN Kangkungan, Kec. Salam, Kabupaten Magelang