RADARSEMARANG.COM, SULIT. Itulah kata yang terlintas ketika ditanya pendapat kita mengenai pelajaran Bahasa Jawa. Ya, pelajaran Bahasa Jawa memang pelajaran yang rumit. Hal ini dikarenakan Bahasa Jawa memiliki beberapa ragam bahasa yang cukup sulit untuk diterapkan, yaitu Ngoko dan Krama.
Selain ragam bahasa yang rumit, dalam pelajaran Bahasa Jawa juga terdapat pembahasan mengenai Aksara Jawa. Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang harus dilestarikan, karena itulah aksara jawa menjadi salah satu bahasan wajib dalam pelajaran ini.
Peserta didik dituntut untuk menghafalkan 20 huruf/aksara yang masing-masing hurufnya mempunyai bentuk yang rumit. Selain itu, cara penulisan hurufnya pun tidak sembarangan, ada aturan yang harus dipatuhi oleh peserta didik sehingga tidak menghilangkan esensi dari aksara jawa itu sendiri.
Karena memiliki jumlah yang tidak sedikit serta bentuk huruf yang rumit, membuat siswa merasa kesulitan menghafalkan aksara-aksara tersebut. Apalagi mengingat waktu yang sangat terbatas, yaitu hanya satu minggu sekali diajarkan di sekolah. Itupun hanya 2 jam pelajaran saja ( sekitar 2×35 menit ).
Tidak jarang, peserta didik kembali lupa pada aksara yang telah dihafalnya pada pertemuan satu minggu sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu trik khusus dari Guru agar peserta didik selalu ingat.
Salah satu yang bisa diterapkan yaitu dengan permainan SCDD secara berkala, seperti yang dilaksanakan oleh siswa siswi kelas V SD Negeri 03 Kabunan, kecamatan Taman, kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Apa itu permainan SCDD? Permainan SCDD merupakan permainan Siapa Cepat Dia Dapat. Seperti nama permainannya, bagi siswa yang telah menyelesaikan tugasnya dalam permainan ini, akan mendapat reward/hadiah.
Reward/hadiah yang diterima bukan berupa barang, tetapi berupa “kesempatan”. Permainan ini bukan hanya dimainkan pada saat pelajaran Bahasa jawa saja, tetapi secara berkesinambungan untuk menjaga daya ingat siswa dalam menghafal aksara jawa.
Sebelum permainan ini dilaksanakan, Guru terlebih dahulu menugaskan setiap siswa untuk membuat 20 kartu kecil dari kertas karton bekas, bisa bekas susu bayi maupun karton bekas lainnya. Masing-masing kartu berukuran 10cm x 10cm.
Satu kartu bertuliskan satu aksara jawa. Jadi, setiap siswa memiliki 20 kartu. Permainan ini dilaksanakan setiap hari menjelang waktu pulang sekolah.
Cara bermainnya cukup simpel, yaitu siswa secara serentak memegang 20 kartu yang dimilikinya, kemudian Guru memberi aba-aba untuk mengacak kartu-kartu tersebut dengan cara dikocok.
Setelah itu, secara bersama-sama siswa mulai mengurutkan aksara jawa yang telah teracak tadi di meja/tempat duduknya masing-masing. Siswa yang telah selesai mengurutkan dari aksara HA sampai aksara NGA, segera tunjuk jari agar dihampiri oleh guru untuk memeriksa apakah tugasnya tersebut sudah betul ataukah masih ada yang keliru.
Jika sudah betul, maka siswa berhak mendapatkan reward berupa kesempatan untuk pulang terlebih dahulu dibandingkan temen-teman lainnya.
Dengan permainan ini diharapkan siswa termotivasi untuk menghafalkan, karena jika sudah hafal siswa dapat pulang lebih awal dari teman-temannya.
Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri. Sedangkan jika tidak hafal, siswa akan merasa malu karena pulang paling akhir. Rasa malu inilah yang nantinya akan mendorong siswa untuk lebih giat menghafal bentuk-bentuk aksara jawa.
Permainan ini mengajarkan siswa untuk berkompetisi secara positif dalam meningkatkan hasil belajar aksara jawa. (db2/bas)
Guru SD Negeri 03 Kabunan