RADARSEMARANG.COM, Kebiasaan membaca merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini. Kegiatan tersebut dikenal sebagai literasi.
Kemajuan literasi merupakan suatu indikator kemajuan suatu bangsa. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Untuk meningkatkan literasi di sekolah dasar, budaya membaca perlu diadakan sebagai proses pembiasaan. Pembiasaan itu sendiri merupakan proses membuat sesuatu yang menjadikan seseorang terbiasa.
Dalam kaitan metode pengajaran dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan siswa berfikir. Kebiasaan membutuhan kegigihan dari seorang pembimbing (Arief. 2004:110).
Salah satu kegiatan yang dapat membangun budaya baca dilaksanakan di sekolah adalah gerakan literasi di sekolah (GLS).
Gerakan literasi sekolah adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.
GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Strategi penguatan literasi yang dilakukan di kelas 6 SD Negeri Tegalrejo adalah melalui giat pojok literasi. Pojok literasi mengadopsi konsep sudut baca.
Sudut baca menurut Kemdikbud (2016) adalah sebuah sudut di kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku sebagai salah satu upaya menumbuhkan minat baca peserta didik. Pojok literasi juga merupakan perpustakaan mini yang dihadirkan di kelas sehingga lebih mendekatkan dan mengakrabkanpesertadidikdenganbuku.
Pojok literasi di kelas 6 SD Negeri Tegalrejo tidak hanya dibuat oleh guru sendiri. Melibatkan wali murid dan peserta didik. Keterlibatan mereka dimulai dari menentukan sudut kelas yang cocok dijadikan pojok literasi, menata meja dan kursi, membuat tulisan pojok literasi dan menghias pojok literasi dengan kertas warna warni.
Partisipasi wali murid dan peserta didik ini diharapkan memunculkan rasa memiliki dan mau menghidupkan pojok literasi yang telah dibuat bersama.
Adapun tujuan pojok literasi untuk mendukung gerakan 15 menit membaca sebelum jam belajar mengajar dimulai, mengisi waktu kosong ketika selesai mengerjakan tugas dari guru.
Setelah membaca selesai peserta didik membuat rangkuman dari buku yang sudah dibaca dengan menuliskan di jurnal literasi masing-masing.
Jurnal literasi ini berupa buku yang berisi catatan kegiatan literasi. Diharapkan dengan melihat jurnal literasi perkembangan minat baca peserta didik dapat dipantau.
Giat pojok literasi ternyata memberi dampak positif dalam menumbuhkan minat baca peserta didik. Peserta didik mendapat kemudahan membaca berbagai buku cerita di kelas.
Pendampingan guru dalam giat pojok literasi memiliki peran utama yaitu mengondisikan kenyamanan peserta didik saat membaca. Guru juga dapat memmberi layanan bimbingan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan rendah dalam membaca.
Upaya yang telah dilakukan SD Tegalrejo melalui pojok literasi membuka budaya baca peserta didik menjadi meningkat. Banyak anak yang telah menggunakan waktu luang mereka dengan membaca, yang sebelumnya hanya digunakan dengan bermain.
Dengan pojok literasi buaya baca peserta didik meningkat. Terbukti dengan antusiasme anak yang menggunakan pojok literasi. Antusiasme peserta didik ini kemudian mendorong guru dan pustakawan untuk menambah jumlah dan kualitas buku bacaan yang bagus serta memperbaharui buku bacaan yang telah ada. Ke depan, diharapkan dengan pojok literasi ini dapat menciptakan generasi penerus yang gemar membaca. (pf/lis)
Guru SDN Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kabupaten Magelang
