RADARSEMARANG.COM, Integrasi pembelajaran tematik, pendekatan saintifik, dan penilaian dengan cara otentik menjadi keunggulan pembelajaran tematik (Kamiludin & Suryaman, 2017). Pembelajaran tema integratif menjadi salah satu fokus kurikulum 2013.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema-tema untuk menghubungkan berbagai disiplin ilmu agar memberikan pengalaman yang lebih berkesan bagi siswa. Menghubungkan satu masalah dengan yang lain untuk menciptakan kesatuan pengetahuan sama dengan mengintegrasikan tergantung pada tema.
Diharapkan bahwa integrasi ke dalam kegiatan pembelajaran akan menghasilkan pemahaman menyeluruh tentang siswa dan lingkungannya (Kunandar, 2015).
Fokus kegiatan pembelajaran tematik lebih pada mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, memberikan pengalaman langsung, dan mempersiapkan mereka untuk mencari tahu informasi sendiri. Siswa akan memahami hal-hal yang mereka pelajari dan dapat menerapkannya pada konsep yang telah mereka pahami karena pengalaman langsung (Syarifudin, 2020).
Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang relevan kepada siswa mengingat kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran tematik integratif. Penggunaan pembelajaran tematik, bagaimanapun, tidak selalu berhasil dengan baik dalam praktiknya, karena masih banyak siswa yang kesulitan belajar ketika mempelajari suatu tema.
Hal ini disebabkan karena tidak semua siswa akan memahami semua materi yang diajarkan pada pembelajaran tema atau mampu membedakan setiap topik yang dicampurkan jika guru tidak memperjelas mata pelajaran yang dicakup.
Selain itu, keragaman siswa membuat masalah sering muncul selama pembelajaran tematik yang menjadi hambatan dalam pembelajaran. Akibatnya, apakah seorang siswa tergolong fast learner atau slow learner, penguasaan mereka terhadap tujuan pembelajaran akan berbeda-beda, begitu pula dengan ketuntasan hasil belajarnya.
Hasil belajar yang rendah atau kinerja di bawah kriteria yang ditetapkan merupakan indikasi adanya kesulitan belajar pada siswa (Anzar & Mardhatillah, 2017). Kesulitan anak dengan kesulitan belajar di kelas menunjukkan prestasi belajar yang rendah karena pembelajaran ini merupakan gangguan nyata pada anak yang berhubungan dengan tugas-tugas umum dan khususnya, yang diduga dihasilkan oleh komponen kerusakan saraf, proses psikologis, atau sebab lain (Yeni & Almuslim, 2015).
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menjadikan tema sebagai pemersatu mata pelajaran. Tetapi, dalam penerapan pembelajaran tematik, masih terdapat kesulitan yang dialami siswa selama
proses pembelajaran tematik.
Kesulitan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar yang dialami terutama siswa kelas IV, di antaranya 1) siswa merasa bingung, 2) siswa yang memiliki kognitif/daya pikir rendah menjadi tertinggal, 3) kurang maksimal menerima pelajaran, 4) orang tua kesulitan ketika membantu belajar anak dirumah 5) siswa mendapat nilai rendah, dan 6) siswa merasa bosan.
Dari kesulitan tersebut, terdapat delapan faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran tematik siswa kelas IV meliputi: 1) materi yang banyak dan campur, 2) gaya belajar siswa, 3) SDM (Sumber Daya Manusia), 4) usia siswa, 5) daya berfikir atau kognitif siswa, 6) orang tua, 7) waktu pembelajaran yang lama, dan 8) suasana kelas.
Berdasarkan hasil kajian, dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak kesulitan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa pada pembelajaran tematik khususnya siswa kelas IV di Sekolah Dasar. (ips1/fth)
Guru SDN 3 Kaliori Kec. Karanganyar, Kab. Purbalingga