RADARSEMARANG.COM, Setelah dua tahun kita ditidurkan karena adanya Covid-19 dan di mana pembelajaran anak-anak harus beradaptasi dengan teknologi yang mengharuskan kita semua untuk bergelut dengan dunia digital seperti laptop dan gawai.
Tetapi tidak semua orang mempunyai gawai, serta kita dipaksa untuk belajar secara online demi memutus Covid-19, sehingga setelah wabah berakhir pembelajaran kembali ke normal lagi. Akibat dari terlalu lamanya menggunakan gawai anak-anak menjadi malas untuk belajar terutama membaca.
Di dalam gempuran era digital sekarang ini kita juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Banyak pendidik menemukan siswa menjadi kurang tertarik membaca buku dan rentang perhatian mereka terhadap membaca menjadi menurun. Anak-anak menjadi bosan, menjadi ngantuk di kelas jika kita mengajar dengan metode yang seperti itu-itu saja.
Pengaruh gawai sangat berpengaruh bagi anak-anak terutama dalam konsentrasi belajar siswa di sekolah.J ika anak-anak zaman sekarang lebih mudah mengingat apa yang ada di Tiktok dari pada mengingat pelajaran maka sebagai seorang guru harus bisa mengajak siswa-siswanya untuk mudah dalam mengingat pelajaran.
Maka, sebagai guru kita harus membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih asyik dan tidak membosankan sehingga anak-anak akan mudah menangkap materi yang akan kita sampaikan. Karena seorang guru memiliki peran sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Untuk membantu proses belajar mengajar tersebut seorang guru memerlukan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga proses pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Arsyad (2011:29-32) berbagai jenis media antara lain teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan teknologi gabungan. Strategi yang penulis gunakan untuk meningkatkan minat baca siswa di kelas V SDN Kangkungan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang adalah menggunakan media pop-up book.
Ann Montanaro dalam (Aulia Azmi Masna, 2015: 12) menjelaskan bahwa sekilas pop-up mirip dengan origami dimana kedua seni ini menggunakan teknik melipat kertas. Pop-up book memiliki kelebihan tersendiri dari media lainya di antaranya seperti menampilkan bentuk yang dibuat dengan melipat dan memiliki dimensi.
Pop-up book adalah cara yang bagus untuk melibatkan anak-anak menjadikan membaca lebih interaktif dan menyenangkan bagi anak-anak, serta meningkatkan imajinasi mereka tetapi juga meningkatkan keterampilan membaca.
Pop-up book dapat membantu meningkatkan pemahaman membaca dan kosakata mereka, memberikan pengalaman multi-indra yang dapat membantu dalam retensi memori dan daya ingat.
Selain itu pop-up book adalah cara yang menyenangkan untuk melibatkan anak-anak dalam membaca. Buku ini menampilkan ilustrasi berwarna dan interaktif yang menarik perhatian mereka sekaligus memperkenalkan kata dan konsep baru.
Saat anak-anak membalik halaman pop-up book, mereka mengembangkan keterampilan membaca dengan mengikuti alur cerita dan memahami kata-kata baru dalam konteks.
Dengan menggunakan strategi-strategi ini guru dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan membaca mereka dan membangun landasan yang kuat untuk keberhasilan akademis di masa depan.
Alhasil memasukkan pop-up book ke dalam pelajaran merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca anak. Selain itu juga dapat memupuk kreativitas, pemikiran kritis, dan kemampuan pemecahan masalah mereka.
Pendidik dan orang tua juga dapat menggunakan pop-up book untuk mengenalkan anak pada berbagai genre sastra, seperti fiksi ilmiah atau puisi.
Kesimpulannya, pop-up book adalah alat yang menarik dan efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca anak-anak.
Dan harus dimasukkan ke dalam pelajaran membaca untuk mempromosikan literasi dan kecintaan untuk belajar yang akan bertahan seumur hidup. (pf/lis)
Guru SDN Kangkungan, Kec. Salam, Kabupaten Magelang