RADARSEMARANG.COM, Matamatika merupakan ilmu yang mempelajari struktur, ruang, kuantitas, dan perubahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu bilangan dan hubungannya satu sama lain, yang diolah memakai prosedur operasional untuk menyeleseikan persoalan bilangan.
Menurut Suherman (2003), matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang prosedur dan pemikirannya diolah dengan logika, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam praktik pembelajaran matematika sering dianggap menakutkan, sulit dipahami, dan banyak peserta didik yang tidak menyukai mata pelajaran ini. Bagi peserta didik yang mengalami kesulitan menghitung, muatan pembelajaran ini sangat dihindari.
Berdasarkan masalah tersebut, guru diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang mampu membuat peserta didik tertarik dan tidak lagi menghindari muatan pembelajaran matematika. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan guru agar matematika lebih menarik adalah dengan RME.
Pendekatan RME atau Realistic Mathematics Education adalah sebuah pendekatan belajar matematika yang menempatkan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah peserta didik menerima materi dan memberikan pengalaman langsung dengan pengalaman mereka sendiri.
RME dikembangkan pertama kali oleh Freudenthal pada tahun 1971 di Utrecht University Belanda. Menurut Freudenthal, belajar matematika adalah suatu aktivitas, sehingga kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata (Yuwono, 2001:17).
Menurut Tarigan (2006:3), Realistic Mathematics Education menempatkan realitas dan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai titik awal pembelajaran serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Siswa diajak berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah dialami.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran RME adalah sebagai berikut (Hobri, 2009:170-172): pertama memahami masalah kontekstual. Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami permasalahan tersebut.
Kedua, menjelaskan masalah kontekstual.
Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk/saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami siswa. Penjelasan ini hanya sampai siswa mengerti maksud soal.
Ketiga menyelesaikan masalah kontekstual. Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah melalui cara mereka dengan memberikan pertanyaan/petunjuk/saran.
Keempat, membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara berkelompok. Untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan pada diskusi kelas.
Kelima, menyimpulkan. Dari diskusi, guru mengarahkan siswa menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep, dengan guru bertindak sebagai pembimbing.
Kelebihan pembelajaran Realistic Mathematics Education antara lain karena membangun sendiri pengetahuannya, maka siswa tidak mudah lupa. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya. Memupuk kerja sama dalam kelompok. Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat.
Dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education dalam muatan pembelajaran matematika di kelas 3 SD Negeri Lempuyang, peserta didik terlihat lebih antusias dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar peserta didik menjadi lebih meningkat dengan penggunaan pendekatan ini. (ps2/lis)
Guru SDN Lempuyang, Wonosalam, Kabupaten Demak
