RADARSEMARANG.COM, Matematika sangat erat kaitanya dengan kegiatan sehari-hari. Baik dari hal yang sederhana sampai hal yang membutuhkan pemikiran.
Matematika bukanlah suatu ilmu yang terisolasi dari kehidupan manusia. Melainkan justru muncul dari dan berguna untuk kehidupan sehari-hari. Suatu pengetahuan bukan sebagai objek yang terpisah.
Melainkan sebagai suatu bentuk penerapan dalam kehidupan. Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk diterapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakna bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan menjadi aspek utama dalam proses belajar.
Kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan hanya dipengaruhi faktor intelektual saja. Tetapi juga oleh faktor-faktor non intelektual. Salah satunya kemampuan untuk memotivasi dirinya.
Mengutip pendapat Daniel Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20 persen bagi kesuksesan. Sedangkan 80 persen adalah sumbangan faktor kekuatan lain.
Di antaranya kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.
Motivasi belajar sangat penting dalam kegiatan belajar. Sebab motivasi mendorong siswa meningkatkan prestasi belajar. Dalam dunia belajar, siswa tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar.
Termasuk dalam mata pelajaran matematika. Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan siswanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi. Karena setiap siswa memiliki kebutuhan berprestasi berbeda-beda. Tidak sedikit siswa memiliki motivasi belajar rendah.
Mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Siswa memiliki motivasi belajar tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras. Baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.
Untuk membangkitkan motivasi tersebut, maka harus dipilih metode yang tepat. Metode dengan pendekatan yang berpusat pada siswa. Sehingga mereka merasa lebih terdorong untuk turut aktif dalam pembelajaran.
Pendekatan scientific merupakan pendekatan dengan konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Banyak pandangan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.
Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu Observing (mengamati), Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting (mencoba), dan Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan).
Sebelum diterapkannya metode pendekatan scientific pada mata pelajaran matematika materi Teorema pythagoras yang diajarkan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Andong, Kabupaten Boyolali, hasil belajar peserta didik tergolong rendah.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode ini, hasil belajar siswa meningkat. Dibuktikan dengan antusias peserta didik dalam belajar matematika. Peserta didik terus termotivasi dalam belajar matematika. Sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. (ips1/aro)
Guru SMP Muhammadiyah 10 Andong, Kabupaten Boyolali