RADARSEMARANG.COM, Aksara Jawa merupakan warisan budaya leluhur Jawa yang patut untuk dilestarikan supaya keberadaannya tidak hilang dan bahkan mungkin diakui oleh bangsa lain.
Permasalahan yang muncul pada generasi muda saat ini adalah tidak banyak yang mampu menulis maupun membaca tulisan menggunakan aksara Jawa. Hal tersebut terjadi pada generasi muda dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Banyaknya generasi muda yang tidak memiliki penguasaan menulis dan membaca menggunakan aksara Jawa hingga tingkat sekolah menengah atas disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya sejak awal sudah memiliki persepsi belajar menulis dan membaca aksara Jawa itu rumit, susah, tekesan membosankan dan kurang menarik.
Sebenarnya apabila pembelajaran mengenai menulis dan membaca aksara Jawa disajikan dengan metode yang sesuai hal itu akan menciptakan antusias peserta didik dalam mempelajari membaca dan menulis aksara Jawa dengan senang.
Aksara Jawa menurut Djati Prihananto (2011: 6) adalah aksara atau huruf yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa. Aksara Jawa merupakan salah satu materi dalam pelajaran bahasa Jawa di sekolah, mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai beberapa perguruan tinggi memasukkan pendidikan bahasa Jawa sebagai salah satu mata kuliahnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran bahasa Jawa sangat penting untuk diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Melalui mata pelajaran ini peserta didik juga diajak untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa yang merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di kelas 6 SD Negeri Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, menunjukkan para peserta didik belum menguasai bentuk-bentuk aksara Jawa dan pelafalan aksara Jawa tersebut, padahal aksara Jawa telah dipelajari sejak peserta didik belajar di kelas 3. Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis menerapkan metode mind palace dalam membantu peserta didik mengenali bentuk-bentuk aksara Jawa beserta pelafalan aksara Jawa tersebut.
Mengutip dari https://www.kompasiana.com/aymand/5f4a81d4d541df105918bf64/mind-palace-istana-terbesar-yang-terkecil, Mind Palace adalah strategi peningkatan memori yang menggunakan visualisasi lingkungan spasial yang sudah dikenal untuk meningkatkan penarikan kembali informasi.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah guru menuliskan satu buah aksara Jawa beserta pasangannya pada sebuah kartu. Guru menempelkan kartu tersebut ke sebuah tempat yang sering dilalui peserta didik.
Peserta didik diminta untuk berhenti sejenak ketika melewati area tersebut untuk mengamati dan membaca aksara Jawa pada kartu tersebut tanpa harus menghafalnya. Hal tersebut dilakukan secara berulang kali dalam satu hari ketika peserta didik melewati area tersebut.
Pada akhir pembelajaran dalam satu hari, peserta didik diberikan evaluasi berupa menuliskan bentuk aksara Jawa dan pasangannya yang telah mereka amati dalam satu hari ini. Pada hari kedua hal serupa dilakukan dengan mengganti aksara Jawa yang lain beserta pasangannya dan menempelkannya di tempat lain yang berbeda yang juga sering dilalui peserta didik.
Pada evaluasi hari kedua, peserta didik diminta menuliskan bentuk aksara Jawa dan pasangannya yang telah diamati di hari pertama dan kedua. Hal tersebut dilakukan selama 20 hari hingga 20 aksara Jawa dikenal semua bentuknya oleh peserta didik.
Metode mind palace yang digunakan penulis ternyata efektif dalam meningkatkan daya ingat perta didik tanpa harus berpikir keras dalam menghafal. Hal tersebut terbukti dengan peningkatan penguasaan peserta didik dalam penulisan kalimat menggunakan aksara Jawa dan membaca tulisan berupa aksara Jawa. Selain itu, manfaat penggunaan metode mind palace menjadikan peserta didik antusias dan senang dalam mempelajari aksara Jawa. (ips1/aro)
Guru Kelas VI SDN Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang