RADARSEMARANG.COM, Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan memiliki tantangan baru. Kemudahan mengakses informasi membuat sebagian siswa menjadi malas belajar dan membaca buku.
Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan berliterasi siswa. Padahal literasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan.
Kegiatan literasi harus bisa digiatkan kepada siswa dalam setiap kegiatan di sekolah. Seperti yang digaungkan pemerintah melalui Gerakan Literasi Sekolah.
Begitu pula dalam layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian yang terintegrasi dalam dunia pendidikan.
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam memakai potensi dan keterampilan dalam mengelola dan mengetahui kebenaran ketika melaksanakan aktivitas membaca dan menulis (Hikmawati dkk, 2016).
Seiring berkembangnya teknologi informasi dan multimedia, pengertian literasi diperluas kedalam beberapa jenis elemen literasi. Seperti visual, auditori, dan spasial.
Literasi dalam layanan BK bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Menurut Handaka (2017), strategi bimbingan dan konseling dalam mencapai Gerakan Literasi Nasional dapat melalui implementasi empat komponen layanan BK dengan berbasis literasi.
Empat komponen tersebut sudah mulai digalakkan di SMA N 1 Kemangkon. Bentuk layanannya yaitu: pertama, layanan dasar, seperti bimbingan klasikal dengan membaca buku, pengembangan media belajar yang berorientasi proses interaktif, inspiratif, menyenangkan, merangkum materi dan menceritakan kembali materi tersebut. Sehingga memotivasi peserta didik untuk aktif dalam membaca.
Selain itu, pemberian tugas dengan mencari materi di internet sesuai dengan topik yang dibahas dan merangkum dalam bentuk catatan di buku, voice note, powerpoint atau media lainnya.
Kedua, layanan responsif. Seperti penerapan konseling dengan teknik biblioterapi untuk membantu menyelesaikan masalah siswa. Biblioterapi adalah penggunaan buku atau bacaan dengan tujuan sebagai metode penyembuhan, biblioterapi juga bisa dilakukan dengan mendengarkan cerita, menonton film, puisi, dan melihat gambar. Sehingga proses penyembuhan tidak terkesan kaku atau monoton sebaliknya proses akan terasa menarik dan menyenangkan (Shechtman, 2011).
Ketiga, layanan perencanaan individual. Seperti layanan peminatan perencanaan karir : literasi jenis-jenis pilihan studi lanjut, informasi seleksi masuk perguruan tinggi melalui internet, untuk membantu merencanakan masa depan, memilih peminatan sesuai pilihan studi lanjutnya.
Keempat, dukungan system, melalui kebijakan sekolah berupa pengembangan pojok baca di setiap kelas, lomba literasi perpustakaan untuk merangsang minat membaca peserta didik dan termotivasi oleh temannya yang mendapatkan penghargaan literasi perpustakaan dimana anak mendapat penghargaan karena memperoleh skor tertinggi mengunjungi dan meminjam buku diperpustakaan yang diumumkan setiap satu tahun sekali.
Literasi yang dilakukan di sekolah, terutama dalam kurikulum merdeka, bisa dalam berbagai jenis yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi digital, literasi sains, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan.
Dengan kegiatan literasi diharapkan kemauan dan kemampuan siswa berliterasi dapat meningkat serta bisa mengembangkan keterampilan individu baik secara akademik maupun non akademik. (ips1/fth)
Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Kemangkon, Kabupaten Purbalingga