RADARSEMARANG.COM, Pendidikan di Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari masa ke masa. Demikian juga dengan kurikulum Pendidikan di Indonesia, juga mengalami perubahan-perubahan.
Kurikulum memang perlu diubah seiring dengan perkembangan jaman dan juga kemajuan`teknologi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan menjadi subyek utama dalam implementasi setiap perubahan kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan, harus bisa beradaptasi dengan cepat dengan adanya perubahan kurikulum yang diberlakukan.
Setiap sekolah saat ini sedang berjuang keras dalam menghadapi perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka.
Demikian juga dengan sekolah penulis SD Negeri Bugel 01 Kota Salatiga, sedang berproses melaksanakan implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang diawali pada 2022. Dengan demikian, sekolah menggunakan dua kurikulum sekaligus, karena yang melaksanakan Kurikulum Merdeka adalah kelas 1 dan kelas 4.
Kelas 2, 3, 5, dan 6 masih menggunakan Kurikulum 2013. Sebagai pimpinan sekolah, penulis memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada setiap guru untuk mengembangkan diri utamanya dalam menggali informasi terkait dengan Kurikulum Merdeka.
Salah satunya adalah mendorong bapak ibu guru untuk mengikuti seleksi Calon Guru Pengerak pada program Pendidikan Guru Penggerak yang saat ini sedang berlangsung.
Alhasil, salah satu guru penulis ada yang lolos seleksi pada Pendidikan Guru Penggerak angkatan 5 tahun 2022. Setelah selesai mengikuti pendidikan selama 6 bulan, penulis memberikan ruang dan waktu kepada guru penulis yang semula Calon Guru Penggerak (CGP) sudah menjadi Guru Penggerak (GP) untuk memberikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan kepada teman-teman sejawatnya. Pada awalnya, respon guru lainnya terlihat kurang antusias pada saat Guru Penggerak sedang membagikan pengalamannya.
Ketika penulis tanya, mereka menyampaikan bahwa mereka masih mengajar dengan kurikulum 2013. Mereka takut akan bingung dalam pelaksanaannya kalau harus belajar kurikulum merdeka sekarang. Mereka mengatakan akan belajar nanti pada saat sudah berada pada kelas yang akan melaksanakan kurikulum merdeka.
Ini terjadi pada guru kelas 2, 3, 5, dan 6. Pola pikir seperti ini harus segera digeserm hanya saja perlu teknik tertentu untuk menggesernya.
Penulis sebagai pimpinan sekolah kemudian melakukan koordinasi dengan guru penggerak untuk menentukan strategi yang diharapkan dapat menggeser pola pikir guru lainnya. Penulis sepakat untuk melakukan strategi APMT yang memiliki arti Akhir Pekan Micro Teaching. Setiap hari Sabtu, setelah siswa pulang sekolah, semua guru akan berkumpul bersama untuk memperoleh ilmu dan pengalaman dari guru penggerak kami.
Agenda yang penulis susun sebagai berikut, pada Sabtu minggu pertama, Guru Penggerak akan memberikan pemahaman secara teori tentang berbagai hal yang terkait dengan Kurikulum Merdeka.
Guru Penggerak sudah menyiapkan urutan materinya. Setelah menerima materi tersebut, bapak ibu guru diminta untuk menyiapkan diri selama satu minggu ke depan dengan membuat paparan yang dapat menjelaskan pemahamanya tentang materi yang sudah diterimanya.
Pada Sabtu kedua, penulis berkumpul kembali untuk menyaksikan paparan dari setiap guru. Penulis berdiskusi bersama dan saling memberikan masukan. Ketika sampai pada materi tentang implementasi pembelajaran di kelas, maka sebelum dilakukan di kelas, penulis tetap berkumpul dulu pada hari Sabtu untuk melakukan micro teaching, sehingga semua guru dapat mengamati, mengevaluasi, dan merefleksi dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh temannya.
Hasil evaluasi dan refleksi tersebut dapat digunakan guru lainnya untuk memperbaiki rancangan pembelajarannya sendiri. Kegiatan setiap akhir pekan ini terus penulis lakukan, walaupun kelas 2, 3, 5 dan 6 belum melakukan Kurikulum Merdeka, tetapi guru kelas tersebut tetap diminta untuk mencoba implementasi Kurikulum Merdeka ketika mengajar.
Pada saat seorang guru sedang mengajar di kelasnya, ada satu guru lain diminta untuk mengobservasi, setelah selesai mengajar, mereka berdua akan melakukan evaluasi dan refleksi bersama.
Kegiatan penulis ini disusun secara rapi mulai dari perencanaan yang berisi jadwal kegiatan baik dai hari Sabtu maupun jadwal guru yang akan melakukan implementasi di kelas. Kegiatan ini mulai terlihat hasilnya. Guru mulai terlihat senang berdiskusi, bertanya dan menjawab di ruang guru ataupun di tempat lainnya.
Harapan penulis, dengan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus ini, pola pikir guru dapat bergeser dan juga berubah. Dengan berubahnya pola pikir ini, akan dapat mengubah sikap dan juga tindakan yang mengarah pada perbaikan dan juga kemajuan diri dan juga sekolah sebagai lembaga pendidikan. (ds1/aro)
Kepala SD Negeri Bugel 01 Salatiga