RADARSEMARANG.COM, Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan pada siswa karena memiliki peran dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Misalnya dalam kegiatan ekonomi, pertanian, teknologi, komunikasi dan sebagainya. Sehingga setelah belajar matematika, siswa diharapkan tidak hanya mengerti materi yang diajarkan, tetapi mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu kualitas pendidikan matematika harus selalu ditingkatkan. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas pembelajarannya. Karena proses pembelajaran akan mempengaruhi pencapaian tujuan belajar siswa, yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Pendapat Sudjana yang dikutip Sugihartono, dkk (2008: 88) pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Dengan kata lain guru sebagai pendidik berperan dalam menciptakan suatu kondisi belajar yang baik. Sehingga siswa dapat belajar dan memperoleh hasil yang optimal. Begitu juga dalam bidang studi matematika, dibutuhkan suatu kondisi belajar yang dapat mengaktifkan siswa.
Siswa diberi kesempatan berpartisipasi melakukan dan mencoba sendiri apa yang sedang dipelajari baik secara individu maupun kelompok.
Memudahkan pembelajaran bagi murid adalah tugas utama guru. Untuk itu, guru tidak saja dituntut untuk membuat suasana pembelajaran menjadi nyaman dan menarik, tetapi juga harus mampu menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan masing-masing murid.
Di sini, guru dituntut mengetahui karakteristik tiap anak didik. Sehingga metode dan pendekatan yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan perkembangan diri murid yang menjadi subjek sekaligus objek pendidikan itu sendiri.
Idealnya pada saat masuk ke kelas atas siswa sudah menguasai materi hitung campuran. Hal ini bertujuan agar nantinya siswa tidak kesulitan melakukan pembelajaran matematika untuk materi pada tahap selanjutnya.
Sebab di kelas atas sudah bukan lagi tentang pemahaman konsep namun lebih ke arah mematangkan materi matematika yang telah didapatkannya. Dengan harapan jikalau siswa sudah benar-benar mampu melakukan hitung campuran maka siswa tidak akan lagi kesulitan mempelajari dan memahami konsep materi seperti bangun datar dan bangun ruang, statistik matematika, faktor bilangan, dan lain sebagainya.
Selain itu dengan adanya penguasaan hitung campuran akan lebih memudahkan tugas guru di kelas selanjutnya dalam membelajarkan konsep materi matematika. Sehingga diharapkan adanya hubungan yang sinergis antar-rekan sejawat dalam memajukan kualitas pendidikan di instansi mengajar terutama berkaitan dengan matematika.
Permainan tradisional benthik (patil lele) digunakan sebagai alternatif solusi dalam masalah tesebut. Karena permainan ini mempunyai banyak keunggulan terutama berkaitan dengan peningkatan kemampuan hitung campuran.
Permainan patil lele merupakan permainan untuk bertanding (game) yang mempunyai sifat terorganisasi, perlombaan (competitive). Harus dimainkan paling sedikit oleh dua peserta, mempunyai kriteria yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, mempunyai peraturan permainan yang telah diterima bersama oleh para pesertanya (Roberts, Arth, dan Bush 1959:597 via Danandjaya. 1984: 171).
Dari pendapat itulah yang membuat yakin bahwa permainan tradisional benthik (patil lele) dapat meningkatkan kemampuan hitung campuran. Karena dalam permainan ini termuat proses pembelajaran hitung campuran sebagai upaya untuk penentuan skor permainan dan penentuan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Bisa diartikan bahwa permainan ini akan memberikan latihan (drill) hitung campuran kepada siswa pada saat melakukan permainan. Melalui permainan ini siswa tanpa sadar berlatih berhitung yang dikemas dalam kegiatan yang menyenangkan. Sehingga proses belajar tetap berlangsung walaupun bukan dalam kondisi belajar dalam arti yang sebenarnya. (pf/lis)
Guru SDN Adikarto 1, Kec. Muntilan, Kabupaten Magelang