RADARSEMARANG.COM, Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan jaringan ketika semua dikatakan selesai, melalui prosedur mendidik dan belajar baik di tempat formal maupun kasual.
Setting pelatihan formal di sekolah dilihat dari proses pembelajaran dan pembelajaran serta dapat memahami tujuan pembelajaran (Handy, 2015). Bisa dikatakan siswa saat ini sedang mengalami degradasi moral.
Degradasi moral dapat diartikan sebagai merosotnya akhlak atau moralitas seseorang. Masalah ini perlu diberi solusi, khususnya dalam proses pendidikan apalagi pendidikan di tingkat dasar. Proses pendidikan yang baik memberi pengalaman, kepahaman ilmu, dan penanaman sikap yang dijadikan contoh kehidupan melalui pendidikan karakter.
Penelitian yang dilakukan oleh Subiyakto (2015) berjudul Syekh Muhammad Arsyad AlBanjari: Upaya dan Ajaran Nilai Karakter dalam Pendidikan Ilmu Sosial membahas temuan 10 nilai yang berasal dari sejarah hidup Muhammad Arsyad yang dapat diintegrasikan dan berguna untuk pembelajaran IPAS.
Kesepuluh nilai karakter tersebut adalah: religious, disiplin, kerja keras, kreatif, keingintahuan, nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Pendidikan yang memerdekakan adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah.
Secara lahiriah anak didik memperoleh kemerdekaan dalam pendidikan melalui pengajaran. Prinsip yang terkait dengan pendidikan yang saya yakini terkait pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan menuntun (dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara), yaitu pendidikan yang menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Pendidik memberikan stimulus yang baik untuk siswa hingga menuntunnya untuk bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki anak.
Berdasar penjelasan tersebut, pendidikan karakter sering diterapkan dalam lembaga pendidikan seperti halnya di SD Negeri Tlogorejo 2 Wonosalam terutama pada pembelajaran IPAS sebagai ilmu sosial.
Dalam melakukan pendidikan karakter, pengajar menggunakan metode menasehati agar peserta didik bisa mudah menyerap pendidikan karakter yang dilakukan pengajar guna menjadi murid yang berbudi selain itu lebih mengedepankan sikap dan perilaku sehari-hari.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang sistematis dan terencana untuk memastikan pengembangan keterampilan ini. Keterampilan menggambarkan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik, seseorang yang memiliki keahlian biasanya mampu merespon sesuatu dengan cara yang efisien.
Keterampilan umumnya diklasifikasikan menjadi tiga: yaitu motorik, intelektual, dan sosial, semua keterampilan memiliki dua karakteristik yang sama, berhubungan dengan perkembangan dan membutuhkan latihan.
Kita mengharapkan sesama warga untuk berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi dan konsisten dengan premis-premis dasar yang melekat dalam nilai-nilai pada konsensus umum. Keberadaan lembaga penegak hukum penting untuk melindungi masyarakat, dari minoritas orang-orang yang tidak dapat atau tidak akan hidup sesuai dengan nilai-nilai umum yang dianut oleh mayoritas.
Berdasarkan analisa dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan cara menerapkan pendidikan karakter, membantu peserta didik untuk menerapkan kepribadian di Sekolah Dasar.
Dari hasil penelitian penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran IPAS dibuktikan dengan menunjukkan nilai karakter toleransi, kerja keras, rasa ingin tahu, kreatif, bersahabat, kejujuran yang sudah dilakukan dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPAS berpengaruh terhadap penamanam pendidikan karakter di Sekolah Dasar. (ips1/ton)
Guru SD Negeri Tlogorejo 2 Wonosalam
