RADARSEMARANG.COM, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.
Di kelas enam sekolah dasar, siswa belajar IPA tentang materi Rotasi Bumi dan akibatnya. Seperti yang kita ketahui bahwa pelajaran IPA juga termasuk mata pelajaran dengan banyak materi dan praktek. Sehingga banyak pula yang harus dipahami siswa.
Menyenangkannya belajar IPA adalah ketika siswa melakukan praktek. Siswa merasa belajar sambil bermain. Lebih menarik bagi siswa untuk belajar daripada harus duduk diam mendengarkan guru memberikan penjelasan di depan kelas.
Tidak kita pungkiri jika kita sebagai pendidik mengajar siswa hanya dengan memberi penjelasan materi kemudian dilanjut dengan mengerjakan tugas atau soal, cenderung menimbulkan kebosanan pada siswa saat belajar. Siswa menjadi kurang bersemangat.
Seperti halnya juga pada siswa kelas enam SD Negeri 01 Kabunan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, kalau saya perhatikan juga lebih senang dan antusias belajar sambil bermain, bergerak, atau bereksperimen.
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang siswa. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan karena harus memenuhi kebutuhan belajar setiap siswanya.
Pembelajaran berdiferensiasi dilakukan guru dengan menyiapkan tiga macam cara belajar dalam satu proses pembelajaran, yaitu diferensiasi konten (materi), proses (cara belajar), dan produk (hasil belajar). Guru dapat memilih salah satu, dua bahkan ketiga macam bentuk diferensiasi yang sekiranya cocok dengan pembelajaran yang akan dilakukan bersama siswa.
Pada pelajaran IPA materi Rotasi Bumi dan Akibatnya untuk menarik siswa semangat belajar saya menggunakan tiga macam diferensiasi. Untuk diferensiasi konten, saya mengajak siswa untuk menonton video pembelajaran yang berkaitan dengan materi, kemudian mengajak siswa untuk mempraktikkan perputaran bumi dan memperkirakan akibatnya.
Untuk melihat hasil belajar siswa, saya melakukan diferensiasi produk yang disesuaikan dengan minat siswa. Saya meminta siswa untuk membuat rangkuman materi Rotasi Bumi dan Akibatnya dalam beberapa bentuk, yaitu rangkuman biasa, bentuk main map, infografis atau poster bahkan cerita bergambar dan komik.
Siswa diberi kebebasan memilih sesuai keinginannya dan pemahamannya. Dari proses pembelajaran berdiferensiasi tersebut, siswa sangat antusias dalam belajarnya dan terlihat menikmati setiap prosesnya. Mereka juga tidak segan bertanya dan meminta arahan atau petunjuk dalam belajar dan pengerjaan tugas.
Ternyata ketika siswa diberi keleluasaan dalam belajarnya, siswa lebih menyukai dan larut dalam belajarnya. Tidak dipungkiri memang lebih banyak memakan waktu. Namun demikian, menjadi pilihan kita sebagai guru untuk mendampingi siswa kita belajar dengan baik dan nyaman serta dapat memenuhi kebutuhan belajar masing-masing siswa sesuai minat dan bakatnya. (ips1/ton)
Guru SD Negeri 01 Kabunan, Kec. Taman, Kab. Pemalang