32 C
Semarang
Saturday, 10 May 2025

Mudah Pahami Materi Kekongruenan dan Kesebangunan dengan CTL

Oleh: Sunarco, S.Pd., M.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Hampir semua guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) menginginkan situasi belajar yang aktif dan memperoleh hasil belajar yang optimal. Akan tetapi tidak semudah membalikan telapak tangan.

Berbagai upaya guru lakukan agar aktivitas dan hasil belajar meningkat. Kegiatan belajar lebih hidup tidak hanya guru yang aktif tetapi siswa juga terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

Namun belum memperoleh hasil yang optimal, masih ada beberapa siswa yang pasif dan belum tuntas. Hal ini terjadi di SMP Negeri 4 Taman Kabupaten Pemalang.

Kegiatan belajar mengajar matematika aktivitas dan hasil belajar materi Kekongruenan dan Kesebangunan pada siswa kelas IX SMP Negeri 4 Taman Kabupaten Pemalang belum memperoleh hasil yang optimal oleh karenanya perlu solusi.

Materi tersebut erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi kekongruenan dan kesebangunan salah satunya adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)).

Menurut Johnson (dalam Elhefni dkk., 2011) pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Jonhson (2004) tiga pilar dalam sistem CTL antara lain mencerminkan prinsip saling ketergantungan, mencerminkan prinsip berdiferensiasi, dan mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.

Pengorganisasian diri terlihat para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian otentik.

Mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka senang.

CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya cukup mudah dilaksanakan.

Secara garis besar, langkah-langkah CTL menurut Sani (2013: 93) mencakup tujuh prinsip belajar, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif.

Yakni pertama; konstruktivisme (constructivisme), kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

Kedua, bertanya (questioning), kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Ketiga menemukan (inguiry), laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Keempat, pemodelan (modeling), hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

Kelima, masyarakat belajar (learning community), ciptakan masyarakat belajar. Keenam, refleksi (reflection), lakukan refleksi di akhir pertemuan. Dan ketujuh, penilaian sebenarnya (authentic assesment), lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dari hasil proses belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual (CTL), pada materi kekongruenan dan kesebangunan kelas IX proses KBM lebih hidup. Terlihat interaksi sesama peserta didik mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan.

Dalam proses pembelajaran juga terjadi komunikasi dua arah antara siswa dengan guru. Mereka lebih cepat memahami karena materi yang dipelajari terkait dengan dunia nyata, aktivitas belajar siswa meningkat. Pada akhir pertemuan diadakan penilaian hasil belajar meningkat dari proses KBM sebelum menggunakan model pembelajaran tersebut.

Penulis menyimpulkan sekaligus menyarankan guru dapat menggunakan model pembelajaran CTL pada materi kekongruenan dan kesebangunan pada siswa kelas IX SMP. (ps2/lis)

Guru SMP Negeri 4 Taman, Kabupaten Pemalang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya