28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Tingkatkan Keterampilan Memerankan Tokoh dalam Pentas Drama dengan Role Playing

Oleh: Siti Mardliyah, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pendidikan adalah salah satu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Sekolah adalah sarana untuk memperoleh pendidikan formal.

Salah satu pembelajaran di sekolah adalah sastra. Sastra merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai media dalam mengungkapkan peristiwa-peristiwa hidup dan kehidupan yang terjadi di masyarakat, baik secara nyata maupun tidak nyata (Semi, 1990).

Menurut Wiyanto (2002) karya sastra pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu puisi, prosa, dan drama. Ketiga karya sastra tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing. Namun, drama tetap memiliki keistimewaan karena dapat menggambarkan kehidupan manusia secara jelas. Drama merupakan suatu cerita yang disusun untuk dipertunjukkan oleh pemain di atas panggung.

Rendahnya kemampuan siswa bermain peran tidak hanya disebabkan minimnya rasa percaya diri siswa. Tetapi model pembelajaran secara tidak langsung juga mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Saat wawancara siswa di kelas XI MIPA 2, banyak siswa menyebutkan lebih sering diberikan teori dibandingkan praktik langsung. Hal tersebut dikarenakan alokasi waktu minim. Sehingga guru hanya bisa menyampaikan teori dalam pembelajaran drama.

Penulis berusaha mencari metode yang pas untuk diterapkan dalam pembelajaran sastra. Khususnya seni peran dapat meningkat. Yakni dengan model pembelajaran bermain peran atau role playing. Model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata (Sudjana, 2005).

Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang, dan cara berpikir orang lain.

Melalui model pembelajaran ini siswa diajak belajar memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Dengan anggotanya teman-temannya sendiri.

Selain itu, model pembelajaran ini bertujuan memotivasi siswa, menarik minat dan perhatian siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi saat mengalami emosi, perbedaan pendapat, dan permasalahan dalam lingkungan hidup sosial anak, menarik siswa untuk bertanya, mengembangkan kemampuan komunikasi siswa, dan melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran bermain peran (role playing) terdiri atas pemberian teori-teori bermain drama dan pemberian topik, pengelompokkan, pemeranan, pembentukan kelompok pengamat serta dilanjutkan dengan pemberian komentar.

Yang paling sering dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian teori dan komentar. Tahap pemberian teori, guru lebih memfokuskan pada teori aspek-aspek bermain drama. Seperti pelafalan, gerak-gerik, ekspresi, blocking, dan penghayatan.

Pemberian teori mengenai aspek-aspek bermain peran sangat penting dilakukan agar siswa dapat menampilkan pementasan yang terkesan. Kedua, pengelompokkan siswa. Bermain drama dilakukan bersama-sama dan semua harus menjalankan tugasnya secara konsisten dan bertanggung jawab. Ketiga, pembentukan tim pengamat dan pemberian komentar.

Tim pengamat perlu disiapkan secara matang agar semua peserta didik ikut terlibat dan turut mengalami serta menghayati peran. Pemberian komentar dari tim pengamat juga berperan sangat penting karena dapat digunakan sebagai bahan untuk mengoreksi kelebihan dan kekurangan masing-masing kelompok.

Dengan menerapkan model pembelajaran bermain peran pada drama dapat meningkatkan kemampuan memerankan tokoh pada pementasan drama. Pemberian teori secara detail dan praktik bertahap tentu membuat kemampuan siswa menjadi lebih baik. Dengan pemberian teori yang jelas dan kegiatan praktik, membuat siswa menjadi lebih percaya diri dalam melakukan kegiatan pementasan serta dapat menarik minat siswa. (*/fth)

Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 7 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya