28 C
Semarang
Thursday, 17 April 2025

Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Mudah dengan Metode Jigsaw

Oleh: Rois Sholikhudin, S.Ag., M.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh orang dewasa (pendidik) untuk membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Pendidikan merupakan proses mengubah peserta didik menjadi mengerti suatu hal.

Untuk mencapai perubahan tersebut, diperlukan serangkaian komponen pendidikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saling berkaitan satu dengan yang lain untuk mengantarkan peserta didik menjadi manusia terdidik.

Dalam perspektif Islam, kegiatan belajar, pembelajaran dan pendidikan serta aktivitas menuntut ilmu merupakan kewajiban agama (fardhu) bagi setiap muslim. Pendidikan agama di tingkat SMP dijadikan satu mata pelajaran dengan nama Pendidikan Agama Islam (PAI). Sedangkan di MTs, mata pelajaran agama dipisah-pisah atau berdiri sendiri, diantaranya mata pelajaran Alquran, Fiqih, Aqidah, dan SKI.

Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu mata pelajaran agama yang diberikan di tingkat MTs. Dimulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dirasakan peserta didik termasuk pelajaran yang sulit dipahami.

Karena SKI mempelajari sesuatu yang sudah terjadi, dan tidak dialami langsung peserta didik. Sejarah bisa bermakna suatu sekumpulan peristiwa, kejadian, dan peninggalan yang penting atau berharga.

Melihat realita tersebut, sangat diperlukan cara atau solusi untuk mencapai hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam sesuai yang diharapkan yaitu pencapaian nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Cara tersebut berkaitan dengan metode yang digunakan guru saat pembelajaran, agar menarik dan motivasi peserta didik mengikuti pembelajaran. Dengan motivasi belajar, peserta didik akan lebih memahami materi pelajaran.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah melalui metode Jigsaw. Metode Jigsaw lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam bekerja sama dan ketrampilan dalam memecahkan masalah materi pelajaran. Metode ini juga sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan Aronson et al, sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dalam teknik Jigsaw, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi bermasalah.

Selain itu, siswa bergotong royong dan mempunyai banyak kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Strategi ini merupakan strategi menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah melibatkan seluruh anak didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

Prinsip kerjasama atau gotong royong sangat dianjurkan agama Islam. Seperti yang tercantum dalam surat Al-Maidah ayat 2, yang artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S Al-Maidah: 2).

Setelah diterapkan menggunakan metode Jigsaw, hasil belajar peserta didik mengalami kenaikan. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran saling bergotong-royong dalam memecahkan masalah. (md2/fth)

Guru SKI MTs Negeri 2 Demak


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya