RADARSEMARANG.COM, Bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional yang digunakan segala bidang. Sebagian besar pusat bisnis dan perkantoran dengan level Internasional menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa lisan dan tulis.
Apalagi di era komunikasi dan globalisasi dimana dibuka pasar bebas. Kemampuan Bahasa Inggris (language skill) adalah syarat mutlak yang harus dimiliki. Jika tidak mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dengan baik maka akan tertinggal zaman.
Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP/MTs merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni.
Diharapkan setelah menamatkan studi, mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Perbedaan secara gramatikal antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul saat belajar menulis.
Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam esei pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure dan report adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas IX SMP/MTs.
Penulis mencatat di kelas IX.E MTs Negeri 2 Demak hasil belajar siswa untuk kompetensi menulis text procedure sederhana masih jauh dari harapan. Banyak siswa mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog berbentuk procedure dan siswa diminta mencari arti dari teks tersebut. Kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapkan. Dari hasil pengamatan siswa pasif, bosan dan beberapa mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya.
Dari uraian tersebut, dapat dilihat sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil dan proses belajar merupakan masalah yang harus segera diatasi. Penulis mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya.
Salah satu model pembelajaran aktif adalah model pembelajaran Make A Match. Make a Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lena Curran dalam Zainal Aqib (2013:23). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, 2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban, 3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang, 4)Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat prosedur B dan seterusnya, 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama, 7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, 8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok, 9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Setelah diterapkannya metode pembelajaran make a match siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar keterampilan menulis dalam bahasa Inggris meningkat. (md2/fth)
Guru Bahasa Inggris MTs Negeri 2 Demak
