RADARSEMARANG.COM, BERKATA kasar di kalangan remaja bahkan anak-anak semakin memprihatinkan. Bahasa kasar biasanya digunakan oleh seseorang ketika mereka marah maupun kesal terhadap seseorang atau sesuatu hal secara spontan.
Kata kasar tersebut merupakan luapan emosi yang tidak bisa dikendalikan. Namun berbeda dengan jaman sekarang dimana Bahasa kasar digunakan dalam pergaulan sehari-hari baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. Bahasa kasar tersebut ada yang diucapkan langsung maupun melalui tulisan.
Lingkungan menjadi penyebab remaja mudah sekali berkata kasar. Lingkungan dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman sekolah, lingkungan tempat tinggal.
Orang tua yang memberi contoh berkata kasar secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi dengan berkata kasar juga. Ikut-ikutan teman dilingkungan tempat tinggal maupun sekolah agar diterima atau agar terlihat gaul dan tidak cupu juga menjadi alasan remaja berkata kasar.
Jaman sekarang orang yang berkata kasar akan menjadi viral dan disukai, seolah-olah kata kasarnya menjadi sesuatu yang menghibur atau sesuatu yang patut dicontoh. Misalkan saja di Instagram, orang yang membuat konten dengan kata-kata kasar followernya sangat banyak. yang melihatpun jutaan orang.
Mereka tidak sadar kalau yang mereka suguhkan itu sebuah model buruk yang bisa ditiru banyak orang. Membuat konten yang terpenting mendapatkan keuntungan pribadi tanpa melihat kualitas dan melihat dampak yang ditimbulkannya.
Berkata kasar pastilah Bahasa yang digunakan tidak baik. Hal ini juga mencerminkan Pendidikan orang tersebut. Apabila orang yang berpendidikan akan memilih Bahasa yang baik, santun dan berbobot.
Maka dari itu remaja yang berkata kasar harus mulai disadarkan kalau yang mereka lakukan adalah hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain karena berkata kasar juga bisa menyakiti hati orang lain dan menimbulkan perpecahan.
Seperti kutipan Falsafah Jawa “Ajining Diri Soko Lathi” berarti harga diri yang bisa diartikan sifat, kelakuan seseorang bisa dilihat dari cara bicaranya.
Sebagai guru Bimbingan dan Konseling kita bisa membantu peserta didik kita disekolah agar meningalkan kebiasaan berkata kasarnya, dengan berkata mengunakan Bahasa yang baik dan santun.
Kita membentuk keyakinan dalam diri mereka bahwasannya orang yang berkata kasar adalah orang yang tidak mampu dalam menghadapi lingkungannya dengan baik. Kata-kata yang baik dan buruk semuanya memiliki dampak bagi siapa saja yang mendengarnya dan semua akan Kembali pada diri sendiri.
Alangkah baiknya kata kasar itu diganti dengan kata lain yang dampaknya baik untuk semua. Kata yang keluar dari mulut kita bisa diterima oleh orang-orang disekitar kita. Dengan membuat sistem kontrol dalam kelompok.
Misalkan dalam satu kelas ditemukan beberapa siswa yang berkata kasar. Maka guru membuat kelompok yang anggotanya sekitar 6 siswa yang terdiri dari tiga siswa yang berkata baik dan tiga siswa yang berkata kasar.
Dalam kelompok tersebut membuat kesepakatan untuk mengunakan Bahasa yang baik dalam berkomunikasi. Dalam membuat kesepakatan tidak ada siswa yang merasa terpaksa semua dilakukan dengan kesediaan diri dan kesepakatan Bersama.
Kelompok tersebut sebagai kontrol untuk siswa yang berkata kasar merubah perilakunya. Anggota yang lain harus mengingatkan apabila ada anggota kelompoknya yang berkomunikasi dengan Bahasa yang tidak baik.
Cara menegur apabila ada yang berkata kasar bisa dengan kode agar anggota yang berkata kasar menyadarinya dan menganti dengan Bahasa yang lain yang lebih baik.
Dengan begitu diharapkan siswa dapat merubah perilaku yang tidak baik yaitu berkata kasar menjadi berkata yang lebih santun. Seperti yang diterapkan di SMAN 2 Ungaran. (ips1/zal)
Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 2 Ungaran