28 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Peningkatan Minat Baca melalui Gerakan Membaca Seratus Kata Setiap Hari

Oleh: Siti Rohmah, S.Pd.SD.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pendidikan merupakan salah satu sarana yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan, dapat tercipta generasi yang berkarakter yang kuat. Timbulnya karakter karena dari pembiasaan sehari-hari.

Dengan pilar-pilar karakter tersebut anak-anak akan saling menghargai setiap ide dan akan tepat dalam mengambil keputusan pada segala macam permasalahan baik mikro ataupun makkro.
Terkait dengan karakter, harus diimbangi dengan pengetahuan. Untuk menunjang keseimbangan pendidikan khususnya di sekolah sangat diperlukan pembiasan membaca.

Membaca menurut Tarigan (2015:7) adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata/bahasa lisan.
Mewujudkan tujuan pendidikan salah satunya dengan rajin membaca. Untuk itu penulis mengajak siswa-siswi kelas 2 SDN Menayu 2, untuk melaksanakan gerakan membaca seratus kata setiap hari.

Pada pelaksanaannya penulis mempunyai konsep zig-zag yaitu sehari di sekolah dan sehari di rumah dengan tenggang waktu satu minggu. Tiga hari di sekolah dan tiga hari di rumah.

Setiap hari Senin, Rabu, Jumat dilaksanakan di sekolah dibantu pemantauan intensif dan menandatangani kartu baca oleh guru piket. Sedangkan Selasa, Rabu Kamis gerakan baca seratus kata di rumah dibantu pemantauan oleh orang tua dengan mengirim video membaca seratus kata. Lalu mengumpulkan tanda tangan orang tua bahwa peserta didik sudah melaksanakan kegiatan membaca seratus kata di rumah.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengecekan perkembangan siswa dalam gerakan membaca seratus kata. Khususnya membaca nyaring sesuai kompetensi dasar kelas 2 muatan Bahasa Indonesia. Kegiatan ini merupakan sebuah proses pembelajaran bertahap dimulai dengan rasa senang dan bergembira untuk mewujudkan gemar membaca. Karena dengan membaca peserta didik akan membuka cakrawala keilmuan yang sangat berkesinambungan dan berjalan terus-menerus.

Setiap anak menentukan waktunya sendiri. Ada beberapa siswa yang memanfaatkan membaca seratus kata pada watu sebelum bel berbunyi atau jam sebelum masuk sekolah, sebagian ada yang memanfaatkan waktu istrirahat. Sebagian lagi ada yang memanfaatkan sisa waktu pulang sekolah tetapi masih berada di lingkungan sekolah.

Untuk buku bacaan atau materi atau referensi bacaan, yang disuguhkan adalah buku dongeng, buku pelajaran bahasa Indonesia, buku Tema, dan buku matematika. Namun yang paling diminati peserta didik adalah buku dongeng atau cerita rakyat. Hampir 50 persen siswa memilih buku dogeng. Untuk buku matematika 30 persen, yang memilih bahasa Indonesia 10 persen, dan 10 persen lagi memilih buku Tema.

Selain di perpustakaan, buku ditata rapi dengan identitas sesuai kelompok pada pojok baca. Kelompok buku pelajaran bahasa Indonesia diidentifikasi dengan pita kecil dan bunga. Untuk buku matematika dengan pita kecil dan perahu dari kertas, untuk tema dan buku dogeng diidentifikasi di pojok buku dengan payung dari kain flanel. Dan tusuk es krim hasil karya anak-anak dalam pembelajaran muatan seni budaya dan keterampilan. Tujuannya agar peserta didik lebih tertarik untuk segera memilih buku yang mereka suka. Selain itu membiasakan diri mengembalikan pada kelompok masing-masing.

Dengan rentang waktu satu tahun, hasilnya di luar dugaan. Peserta didik yang sebelumnya membacanya kurang lancar dan kurang minat, dengan gerakan membaca seratus kata, mulai meningkat, lancar membaca. Terjadi peningkatan rasa ingin tahu siswa-siswi kelas 2. Karena mereka segera ingin mengetahui buku yang akan disuguhkan hari berikutnya dan ingin membaca isinya. (pf/lis)

Guru SDN Menayu 2, Muntilan, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya