RADARSEMARANG.COM, Mata pelajaran IPA selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar siswa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Hal itu dibuktikan dari hasil wawancara dengan siswa ataupun perolehan UAS masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. Bahkan semakin tinggi jenjang pendidikan, perolehan rata-rata nilai UAS IPA menjadi semakin rendah.
Mengapa kondisi seperti ini terjadi? Salah satu jawaban dari masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan. Selama ini proses pembelajaran IPA di sekolah termasuk di SMP Negeri 31 Semarang masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional.
Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai pendekatan/strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran.
Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah dengan model pembelajaran discovery learning/pembelajaran penemuan berpusat pada peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator, membimbing, memotivasi dan memimpin pembelajaran.
Menurut Suhana (2014:44) discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis. Sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Apalagi saat ini dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka yang mengedepankan pembelajaran berdiferensiasi, maka penerapan discovery learning sangatlah signifikan. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Dalam pembelajaran diferensiasi ini, murid belajar disesuaikan dengan kebutuhan murid. Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama dalam pelaksanaannya. Di sisi lain discovery learning merupakan model yang lebih menekankan pada pengalaman langsung siswa dan lebih mengutamakan proses dari pada hasil belajar.
Di akhir pembelajaran, guru melakukan asesmen formatif dan refleksi. Refleksi merupakan umpan balik dari siswa kepada guru setelah melakukan pembelajaran. Berfungsi untuk mengetahui kepuasan siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Penerapan discovery learning dalam pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran IPA berdampak terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dalam pembelajaran. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Motivasi belajar setiap siswa dalam proses pembelajaran tidaklah sama. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya perbedaan dalam penerimaan materi yang berakibat pada perbedaan hasil belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh guru karena motivasi keingintahuannya yang tinggi.
Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya kurang, sulit dalam menerima pelajaran karena cenderung tidak ingin tahu dan tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru sehingga hasil belajarnya kurang maksimal.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran diferensiasi dapat membuat proses pembelajaran menjadi sangat menarik dan materi pembelajaran lebih mudah dipahami. Sehingga pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi lebih bemakna dan memberikan pengaruh terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA. (ips1/lis)
Guru IPA SMP Negeri 31 Semarang