28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Media Konkret Semangka dan Mentimun Mudahkan Belajar Pecahan

Oleh : Ernani Siti Aminatun, S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Sampai saat ini, sebagian besar siswa masih kesulitan memahami pelajaran matematika. Mereka menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang abstrak penuh dengan rumus.

Agar siswa mudah memahami materi mata pelajaran matematika maka dibutuhkan kreativitas dari guru. Matematika bukan hanya menggunakan rumus, tetapi bagaimana siswa dapat mengintegrasikannya dalam kehidupan keseharian mereka.

Herman Hudoyo (1979: 108) menyatakan bahwa belajar matematika merupakan proses membangun atau mengonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tidak sekadar belajar yang terkesan pasif dan statis, namun belajar matematika itu harus aktif dan dinamis.

Menurut Hans Freudental (1977), matematika harus dekat dengan kehidupan nyata dan relevan dengan siswa dan serta kehidupan masyarakat. Pembelajaran matematika yang pernah penulis lakukan di kelas III semester 2 SDN Gondowangi 1 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang yaitu pembelajaran materi pecahan menggunakan kubis dan wortel.

Tujuan dari pembelajaran ini yaitu siswa mengenal konsep pecahan dengan penemuan mereka. Mengapa menggunakan kubis dan wortel? Karena semangka dan mentimun mudah mereka dapatkan di ladang.

Melalui pembelajaran yang sederhana menggunakan media dekat dengan keseharian mereka, diharapkan akan lebih mudah membantu siswa dalam menemukan konsep.

Pada pertemuan sebelumnya, guru telah menugaskan setiap kelompok untuk membawa 2 mentimun, 2 semangka, pisau dan spidol. Pada saat pembelajaran, guru memulai dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen. Setiap kelompok sudah menyediakan alat dan bahan yang diperlukan.

Guru meminta siswa untuk membuat garis menggunakan spidol pada mentimun pertama menjadi 4 potongan sama besar dan 8 potongan pada mentimun kedua. Mereka memotong semangka tersebut sesuai garis yang telah dibuat.

Langkah selanjutnya, guru meminta siswa mengambil 2 potongan dari semangka pertama dan 6 potongan pada semangka kedua. Kegiatan yang sama juga dilakukan pada semangka. Langkah yang agak berbeda dilakukan terhadap mentimun.

Siswa memotong mentimun menjadi dua bagian tanpa menggunakan pisau. Hasil potongan siswa bermacam-macam. Mentimun terpotong menjadi dua bagian yang tidak sama besar. Guru meminta siswa mengambil satu bagian potongan mentimun.

Setiap percobaan yang dilakukan, guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai potongan yang diambil, “Berapa bagian potongan yang kalian ambil dari keseluruhan?” Siswa berdiskusi untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan guru.

Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, siswa membuat kesimpulan dengan bantuan guru. Bagian yang diambil dari semangka yang pertama mempunyai 2 potongan merupakan 2/4 dari seluruh bagian semangka.

Untuk semangka yang kedua, bagian yang diambil merupakan 6/8 dari keseluruhan. Namun, hal yang berbeda ditemukan pada mentimun. Bagian yang diambil dari mentimun bukan ½ bagian keseluruhan mentimun.

Hal ini dikarenakan potongan bagian mentimun tidak berukuran sama. Jadi, untuk menentukan bagian dari pecahan, potongan yang terbentuk harus berukuran sama. Guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan memberikan penguatan. Bagian yang diambil merupakan “pembilang” dari suatu pecahan dan ditulis di sebelah atas. Sebutan yang berbeda untuk keseluruhan bagian, yaitu “penyebut” pecahan yang ditulis di bagian bawah pecahan.

Melalui pembelajaran menemukan sendiri konsep pecahan, siswa lebih mudah memahami materi pecahan. Langkah seperti ini selanjutnya dapat dilakukan pada materi membandingkan pecahan. Dengan media yang dekat dengan siswa dan metode pembelajaran menyenangkan, siswa tidak akan merasa sulit lagi ketika belajar materi dalam mata pelajaran matematika. (pf/lis)

Guru SDN Gondowangi 1, Kec. Sawangan, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya