32 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Kurikulum Merdeka Jawaban Kebutuhan Belajar IPS Murid Pasca Pandemi

Oleh : Suryanti, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Ini adalah tahun perdana SMPN 5 Salatiga mengimplementasikan Kurikulum Merdeka (Kurmer), termasuk untuk mata pelajaran IPS. Salah satu esensi Kurmer adalah penyesuaian pembelajaran dengan kebutuhan dan karakteristik murid. Harapannya, pembelajaran dapat relevan dengan kodrat alam dan zaman murid.

Ini adalah tantangan di SMPN 5 Salatiga. Kendala terbesar untuk murid kelas VII adalah budaya literasi yang masih rendah. Fenomena ini tak lepas dari fakta bahwa mereka adalah generasi yang baru pulih dari pandemi. Maka, budaya literasi belum terbentuk sempurna. Kedua, lingkungan keluarga kurang menstimulasi murid untuk berliterasi. Kehadiran teknologi tidak banyak membantu karena mereka lebih suka menggunakan kemudahan teknologi untuk bermedia sosial.

Permasalahan ini ditemui di kelas VII A SMPN 5 Salatiga. Asesmen diagnostik nonkognitif menunjukkan bahwa sebagian besar murid kelas bersikap pasif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari sedikitnya murid yang menanggapi pertanyaan guru.

Selain itu, mereka juga cenderung memiliki rentang perhatian yang rendah. Hal ini membuat mereka tidak berkonsentrasi pada materi dan lebih senang bergurau dengan teman saat pembelajaran. Kondisi ini kontra produktif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah ini, guru melakukan beberapa langkah. Yang pertama adalah mencoba memulai dari konteks terdekat dengan murid. Ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pemantik.

Ini selaras dengan pendapat Zabadi (2021) bahwa pertanyaan pemantik adalah salah satu cara untuk membangun pemahaman murid tentang keterkaitan tema dengan konteks yang lebih luas.

Sebagai contoh, pada materi Pohon Keluarga, kegiatan diawali dengan beberapa pertanyaan pemantik. Pertanyaan ini bergerak dari tingkat yang paling sederhana, seperti, “Ada berapa orang di keluargamu?”, hingga pertanyaan yang lebih luas seperti, “Nilai-nilai apa saja yang kamu pelajari dalam keluargamu”, dan, “Cita-cita apa yang bisa kamu dapatkan dari kisah orang-orang terdekatmu?”

Meski sederhana ternyata pertanyaan pemantik ini efektif untuk membangkitkan motivasi belajar internal murid. Mereka tidak perlu lagi diperingatkan untuk memperhatikan pembelajaran karena mereka sudah tertarik mengikuti pembelajaran. Dengan kondisi seperti ini, guru dapat lebih mudah untuk mengeksplorasi materi dengan menyampaikan materi mengenai pohon keluarga.

Guru kemudian meminta murid melakukan proyek sederhana yaitu mengumpulkan data melalui wawancara dengan orang terdekat di rumah. Langkah ini efektif untuk melibatkan keluarga dalam pembelajaran.

Pelibatan keluarga dalam proyek selaras dengan penelitian Suryaman (2020) yang menyoroti sifat proyek yang dapat memfasilitasi proses belajar di sekolah dan di rumah.

Dampaknya, setelah pembelajaran, murid-murid mengaku senang, dan mulai mengidolakan anggota keluarganya. Jadi, tugas mewawancara atau mengumpulkan data mengenai keluarga tidak menjadi beban bagi mereka.

Sebaliknya, proyek ini menjadi keasyikan tersendiri karena sesuai dengan minat mereka. Kedua, tugas ini memberi kesempatan bagi murid untuk menggali mimpi mereka lewat kisah-kisah keluarga. Sebagai contoh, ada murid yang bercita-cita menjadi seorang TNI karena belajar dari kedisiplinan salah seorang dari keluarga mereka.

Simpulannya, implementasi Kurmer dapat membangkitkan motivasi belajar internal murid. Bahkan, pertanyaan pemantik dan proyek dapat menginspirasi mimpi dan cita-cita. Maka, sudah saatnya guru tidak sekadar menyampaikan materi, dan mulai menumbuhkan kesadaran murid untuk mengukir masa depan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. (ds1/lis)

Guru IPS SMP Negeri 5 Salatiga


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya