RADARSEMARANG.COM, Prinsip pembelajaran bahasa ada beberapa macam, yaitu: (1) peserta didik sebagai individu mempunyai kebutuhan dan minat dalam mempelajari bahasa dengan baik, (2) peserta didik diberikan kesempatan untuk menggunakan bahasa secara komunikatif dalam kegiatan sehari-hari, (3) memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai pentingnya hakikat bahasa dan budaya, (4) peserta didik diberikan umpan balik dalam meningkatkan kemampuan berbahasa, dan (5) peserta didik diberikan kesempatan untuk mengatur sendiri kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan (Laki, 2018).
Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu pokok mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbahasa peserta didik yang dipelajari secara tertulis dan lisan.
Jadi, keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sulit dan tidak semua orang bisa melakukannya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013 berbentuk pembelajaran yang membahas pemahaman tentang berbasis teks. Teks merupakan seperangkat bahasa baik lisan maupun tulis dengan ukuran tertentu serta tujuan tertentu (Zainurrahman, 2018:218).
Teks cerita inspiratif adalah teks yang berisi cerita fiksi maupun pengalaman yang nyata sehingga mampu menggugah inspirasi dan memotivasi pembaca untuk berbuat baik seperti cerita dalam teks cerita inspiratif tersebut.
Dari hasil pengamatan penulis di tempat penulis mengajar pada kelas IX MTs Negeri 2 Demak masalah pembelajaran kegiatan menulis cerita inspiratif sangat beragam. Keterampilan peserta didik kelas IX dalam pembelajaran menulis cerita inspiratif masih rendah dan membutuhkan banyak latihan.
Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan peserta didik terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan, kurangnya kemampuan peserta didik dalam mengorganisasikan ide dengan baik yang dapat digunakan sebagai bahan tulisan, dan topik yang ditentukan kurang diminati oleh peserta didik.
Pemahaman peserta didik yang kurang terhadap kegiatan menulis teks cerita inspiratif menyebabkan peserta didik kesulitan dalam mengorganisasikan ide dalam tulisannya. Ketidakpahaman tersebut menyebabkan penggunaan struktur dan kaidah kebahasaan yang dituangkan dalam kegiatan menulis cerita inspiratif tidak jelas dan tidak kohesif.
Oleh sebab itu, model pembelajaran menulis cerita inspiratif perlu dikembangkan sebagai kebutuhan intelektual peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dipilih untuk mewujudkan proses pembelajaran berpusat pada peserta didik adalah memberdayakan pembelajaran menulis cerita inspiratif berdasarkan model pembelajaran Time Token Arends.
Time Token Arends sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi guru dan peserta didik. Huda (2013:239) mengemukakan bahwa model pembelajaran Time Token Arends termasuk ke dalam pembelajaran yang demokratis, dengan proses pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek, aktivitas peserta didik menjadi titik perhatian utama, peserta didik selalu dilibatkan secara aktif, sedangkan guru berperan mengajak peserta didik mencari solusi bersama dari masalah atau topik yang dibahas.
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik dapat bekerja sama dengan kelompok diskusi untuk berkontribusi menyelesaikan tugas dengan baik.
Model pembelajaran Time Token Arends digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial peserta didik agar tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
Dengan model pembelajaran Time Token Arends dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik yang pasif untuk ikut terlibat aktif serta memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya.
Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran Time Token Arends dapat meningkatkan pemerataan kesempatan peserta didik untuk berpendapat pada kegiatan kelompok diskusi. (md2/ton)
Guru Bahasa Indonesia MTs Negeri 2 Demak
