RADARSEMARANG.COM, Menulis merupakan bentuk komunikasi dalam menyampaikan ide, pengalaman, perasaan atau pendapat kepada orang lain. Dalam mempelajari bahasa Inggris, menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit dibandingkan dengan keterampilan lainnya (mendengarkan, berbicara dan membaca).
Hal ini wajar karena menurut Wigati (2015), untuk mendapatkan tulisan yang bagus harus memperhatikan beberapa aspek bahasa. Yaitu vocabulary (kosakata), content (intisari tulisan), form (susunan atau pengorganisasian tulisan), grammar dan mechanics (pertimbangan dalam aplikasi menulis seperti punctuation dan spelling).
Salah satu kompetensi yang harus di kuasai oleh siswa kelas IX adalah menulis teks narrative. Teks narrative menceritakan cerita imajinatif atau cerita nyata yang telah dimodifikasi dan disusun melalui urutan kejadian yang terjadi di masa lalu.
Fungsi sosial dari teks yang terdiri dari orientation, complication, dan resolution (kadang juga terdapat reorientation) ini adalah untuk menghibur para pembacanya. Karena merupakan cerita yang sudah berlalu, teks ini banyak menggunakan pola kalimat berbentuk past tense, yang mana kata kerjanya menggunakan kata kerja bentuk ke-2.
Bagi siswa kelas IX SMP N 3 Limpung, menulis teks narrative masih menjadi sesuatu yang sangat sulit. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes yang belum sesuai dengan harapan, sebagian besar siswa nilainya masih dibawah KKM.
Menulis di sini tentu saja bukan berarti menciptakan suatu cerita sendiri, tetapi menuliskan kembali sebuah cerita menggunakan bahasa sendiri.
Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan bagi hampir semua siswa dalam kegiatan menulis, antara lain: kesulitan dalam memilih kata dan menuliskannya sesuai konteks kalimat. Siswa masih keliru dalam menggunakan bentuk kata kerja lampau maupun kata ganti, dan siswa masih belum bisa menyusun cerita secara runtut.
Selain permasalahan di atas, peran guru juga sangat penting dalam penguasaan kompetensi bagi siswa. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru, tentu akan mematikan kreativitas siswa dalam berkreasi atau menyampaikan ide-idenya.
Lantas apa yang bisa dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan ini? Mengubah kegiatan pembelajaran menjadi student centered adalah jawabnya.
Siswa tidak hanya dituntut untuk mendengarkan dan mengerjakan tugas saja, melainkan harus ikut terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan bantuan media pembelajaran yang tepat. Ada banyak media pembelajaran yang dapat dimanfaaatkan untuk meningkatkan kemampuan menulis, namun yang penulis pilih adalah penggunaan media “Pisesa” (picture series arrangement) atau susunan gambar berseri.
Menurut Arsyad (2002: 119), gambar seri merupakan rangkaian kegiatan atau cerita yang disajikan secara berurutan. Dengan gambar seri, siswa dilatih mengungkapkan adegan dan kegiatan yang ada dalam gambar. Dengan bantuan media ini, siswa diharapkan akan lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan ke dalam tulisan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam penggunaan media ini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 anggota.
Guru memberikan lembar kerja berupa rangkaian cerita dalam bentuk gambar yang masih acak, siswa melihat tayangan sebuah cerita narrative, dan secara berkelompok menuliskan kembali cerita yang dilihatnya berdasarkan gambar. Setelah selesai, masing-masing kelompok menampilkan hasil kerjanya, dan bersama guru, siswa membahas hasil kerja siswa.
Penggunaan media gambar seri ini terbukti berhasil meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan hasil tulisan yang lebih bagus. Baik dalam pemilihan kata maupun struktur kalimatnya, walaupun penulis akui masih ada beberapa siswa yang belum mampu menulis dengan benar. (ips2/lis)
Guru Bahasa Inggris SMPN 3 Limpung, Kabupaten Batang