RADARSEMARANG.COM- Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna di kelas, model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dari United States, Amerika Serikat dapat dipraktikkan dalam pembelajaran menulis laporan teks observasi.
Dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berpikir-berpasangan-berbagi. Model pembelajaran tipe TPS ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain dan mengomunikasikan pemikirannya.
Model pembelajaran tipe ini dilaksanakan dalam tiga tahap inti, yaitu think atau tahap berpikir, pair atau tahap berpasangan, dan share atau tahap kelompok berempat.
Impelementasi pembelajaran model ini dalam mapel Bahasa Indonesia materi menulis teks observasi di Kelas VI SD Negeri 01 Kebojongan, dijabarkan melalui enam tahap. Tahap pertama adalah pemodelan teks.
Tahap ini peserta didik dibimbing membaca sebuah teks observasi yang disediakan oleh guru. Peserta didik terlihat antusias membaca contoh teks laporan hasil observasi dan mengidentifikasi struktur serta kaidah yang membangun teks yang telah dibaca.
Hal ini terlihat dari pertanyaan- pertanyaan yang diajukan siswa kepada guru saat menemukan kesulitan.
Tahap kedua, tahap penggalian ide merupakan tahap penentuan tema. Pada tahap ini siswa yang suka membaca dan wawasannya luas akan cepat menemukan ide dan menyetorkan pada ketua kelompok. Tahap ketiga adalah diskusi. Kegiatan ini merupakan tahap penting bagi setiap kelompok, karena setiap ide yang dimiliki oleh anggota kelompok didiskusikan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam kelompok.
Dalam kegiatan ini terlihat adu argumentasi yang cukup seru karena masing-masing individu berusaha mempertahankan ide/gagasan yang diperolehnya.
Jika belum mencapai kesepakatan, ketua kelompoknya akan mengambil keputusan ide siapa yang paling baik, mudah dilaksanakan, dan tentu saja didukung oleh anggota lainnya akan terpilih menjadi tema.
Pada akhirnya, pembelajaran kooperatif dapat tercapai dengan baik, karena keputusan yang dimunculkan atas dasar musyawarah.
Tahap keempat adalah kegiatan observasi. Kegiatan ini merupakan hal yang paling menyenangkan bagi peserta didik, karena proses pembelajaran berlangsung di luar kelas dalam suasana santai.
Setiap individu dalam kelompok melakukan pengamatan sesuai bagiannya. Ada yang kebagian melakukan wawancara, sebagai observator, sekretaris, dan ketua. Dalam kegiatan ini dimunculkan pendidikan karakter bagi peserta didik.
Karena masing-masing anggota memiliki tugas yang berbeda sebagai bentuk tanggung jawab yang harus diselesaikan.
Tahap kelima adalah penulisan laporan. Dalam kegiatan ini kegiatan diskusi dilakukan kembali untuk menyatukan hasil kerja masing-masing individu. Setelah menemukan kesamaan persepsi sekretaris kelompok akan menulis menjadi bentuk laporan hasil observasi.
Jika sudah ditulis dalam bentuk teks, maka kegiatan dilanjutkan membaca ulang, mengindentifikasi struktur dan kaidah sebuah teks laporan hasil observasi. Bila ditemukan beberapa kesalahan maka anggota kelompok lainnya akan mengoreksi.
Kegiatan ini pastinya berlangsung cukup seru karena adu argumentasi masing-masing anggota untuk mempertahankan pendapat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah mencapai kesepakatan revisi, akhirnya sekretaris kembali menulis dalam bentuk tek s laporan observasi utuh.
Tahap keenam adalah presentasi. Setiap kelompok secara bergiliran melakukan presentasi di depan kelas. Kelompok lain yang belum presentasi diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi serta memberikan masukan. Kegiatan selanjutnya adalah penulisan laporan.
Penulisan ini didasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Dalam kegiatan ini, diskusi dilakukan kembali untuk menyatukan hasil kerja masing-masing individu.
Setelah menemukan kesamaan persepsi sekretaris kelompok akan menulis menjadi bentuk laporan hasil observasi. Jika sudah ditulis dalam bentuk teks, maka kegiatan dilanjutkan membaca ulang, mengindentifikasi struktur dan kaidah sebuah teks laporan hasil observasi. Bila ditemukan beberapa kesalahan, maka anggota kelompok lainnya akan mengoreksi.
Demikian proses pembelajaran melalui model pembelajaran TPS di kelas pada pembelajaran menulis teks observasi. Tentunya ada harapan baik yakni peningkatan kualitas siswa selama proses belajar, baik secara kognitif maupun afektif.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya meningkatnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, meningkatnya kerja sama peserta didik dalam proses pembelajaran.
Selain itu, antusiasme dalam mengikuti pembelajaran dan meningkatmya kemampua siswa dalam menulis laporan teks observasi pada pembelajaran Bahasa Indoensia terus meningkat. (ips1/aro)
Guru Kelas VI SD Negeri 01 Kebojongan