RADARSEMARANG.COM- Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagian besar merupakan pemahaman terhadap suatu konsep. Pembelajaran yang di dalamnya banyak membutuhkan pemahaman konsep, apabila disajikan dengan metode ceramah akan membutuhkan waktu lama. Selain itu tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sangat rendah.
Maka, guru harus menggunakan metode pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan yaitu model make a match.
Penerapan model pembelajaran make a match diperkenalkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Tujuannya, antara lain pendalaman materi, penggalian materi, dan edutainment.
Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar menguasai suatu konsep atau topik dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Miftahul Huda berpendapat (2014 : 135) make a match adalah salah satu model pembelajaran dimana siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah model pembelajaran make a match dimulai dengan mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal. Rusman (2014) menuliskan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
Proses terakhir model pembelajaran ini adalah dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan. Kelebihan model make a match adalah siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu. Meningkatkan kreativitas belajar siswa, menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Dapat menumbuhkan kreativitas berfikir siswa, sebab melalui pencocokkan pertanyaan dan jawaban akan tumbuh dengan sendirinya.
Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang digunakan guru. Beberapa kelemahan model ini setelah diterapkan di lapangan, antara lain sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus.
Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran.
Siswa kurang menyerap makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa merasa hanya sekedar permainan saja. Sulit untuk mengkonsentrasikan anak (Istarani, 2011).
Setelah guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, maka pemahaman konsep siswa pada materi pembelajaran mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran sebelumnya.
Hal ini bisa terlihat dari adanya peningkatan hasil belajar yang dapat diketahui dari hasil tes tulis siswa pada akhir pertemuan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan capaian pembelajaran sebesar 95 persen.
Dan yang belum mencapai ketuntasan capaian pembelajaran sebesar 5 persen dengan nilai rata-rata siswa mencapai 85.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini dapat memberikan referensi bagi guru khususnya mata pelajaran IPS. Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa untuk aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan memudahkan siswa untuk menemukan konsep dari materi pembelajaran. (ips2/lis)
Guru IPS SMP Negeri 20 Surakarta