27 C
Semarang
Wednesday, 29 October 2025

Melatih Siswa Berpikir Kritis melalui Problem Posing

Oleh : Toed, S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM- Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang pelaksanaan pembelajarannya lebih banyak berpusat pada siswa. Salah satunya siswa diwajibkan memiliki kemampuan berpikir kritis.

Dengan berpikir kritis siswa mampu menggali potensi masalah-masalah yang sedang dihadapi pada waktu pembelajaran berlangsung.

Guru patut menyadari bahwa siswa di SDN 01 Bojongkoneng Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan masih memiliki penalaran yang biasa. Artinya belum memiliki kategori kritis.

Hal itu terlihat siswa masih kebingungan ketika guru memberikan tugas yang berkaitan dengan masalah baik dari lingkungan sekitar maupun dari dalam diri siswa.

Dengan melihat problematika di atas maka ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru perlu memperjelas materi dengan menggunakan metode problem posing. Problem posing merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan sebagai tahap untuk menyelesaikan suatu masalah.

Tobrani dan Mustofa (2012:343) mengemukakan bahwa problem posing adalah berasal dari dua kata yaitu problem dan posing. Problem yang berarti masalah dan posing yang berarti mengajukan atau membentuk.

Dengan demikian problem posing dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk dapat menyusun atau membuat soal setelah pembelajaran dilakukan.

Menurut Soimin (2014:133), problem posing merupakan metode pembelajaran tentang pemberian tugas pengajuan soal pada siswa. Artinya siswa diminta mengajukan soal atau pertanyaan masalah yang berdasarkan topik tertentu.

Kemudian masalah atau informasi yang sudah dikerjakan kemudian dikumpulkan pada guru. Dengan demikian siswa tidak hanya bertugas membuat soal atau mengajukan pertanyaan saja tetapi harus dapat untuk mencari penyelesaiannyan.

Penggunaan model problem posing dapat dilaksanakan dengan cara diskusi.

Langkah-langkah untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode problem posing dengan diskusi pada siswa yaitu: Pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kedua, guru menjelaskan materi pelajaran pada siswa.

Ketiga, guru membagi siswa dalam kelompok. Keempat, masing-masing siswa dalam kelompok membuat pertanyaan yang berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dibuatnya (dalam problem posing I).

Kelima, pertanyaan dikumpulkan kemudian dilimpahkan kepada kelompok lain, misalnya pertanyaan kelompok satu dilimpahkan ke kelompok dua, kelompok dua dilimpahkan ke kelompok tiga, sampai dengan kelompok lima dilimpahkan ke kelompok satu, kemudian soal yang di terima untuk dikerjakan dan dikritisi oleh kelompok masing-masing.

Keenam setiap kelompok melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan yang siswa diterima dari kelompok lain. Ketujuh, setiap jawaban ditulis di lembar jawab (problem posing ke II).

Adapun manfaat yang diperoleh siswa setelah menggunakan metode pembelajaran problem posing adalah: Pertama, mendorong siswa menggali rasa ingin tau, seperti topik-topik pelajaran dan keadaan lingkungan sebagai obyek masalah.

Kedua, meningkatkan kreatifitas yaitu siswa dapat menemukan ide dan kreatifitas karya yang dihasilkan. Ketiga, siswa dapat memecahkan masalah, mereka akan senang berkompetisi untuk memenangkan tantangan yaitu memecahkan masalah dan soal-soal yang harus dikerjakan. Keempat, mendorong perkembangan pada anak, yaitu dapat menerapkan disiplin dan terampil.

Kelima, mendorong siswa untuk lebih mandiri, siswa dapat bersikap percaya diri dan produktif seperti senang mengoreksi dan belajar dari pengalaman.

Hasil pembelajaran di SDN 01 Bojongkoneng Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan sudah berjalan dengan optimal setelah penggunaan metode pembelajaran problem posing hasil siswa meningkat, bukan hanya hasil secara tertulis saja tetapi benar benar mampu meningkatkan siswa dalam berpikir kritis. (ips2/ton)

Guru SDN 01 Bojongkoneng Kec. Kandangserang Kab. Pekalongan.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya