RADARSEMARANG.COM- Bahasa nyaris tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sehari-hari. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, bahasa menjadi media penyampaian pesan. Sejatinya, bahasa memiliki aspek keterampilan khusus yang penting untuk dikuasai.
Keterampilan berbahasa tersebut meliputi empat hal, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasarkan silabus kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII SMP, salah satu Komptensi Dasar (KD) berbunyi menyajikan gagasan, perasaan, dan pendapat dalam bentuk teks puisi secara tulis/lisan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi. Melihat fakta tersebut maka menulis puisi merupakan salah satu jenis keterampilan dalam berbahasa.
Menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menyampaikan pesan kepada orang lain melalui rangkaian kata yang ditulis. Menulis juga diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Menurut Pranoto, menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan (2004; 9). Salah satu keterampilan menulis adalah menulis puisi.
Kenyataan di lapangan, banyak peserta didik yang beranggapan menulis puisi adalah sesuatu yang menakutkan bahkan menjadi momok. Saat peserta didik diberi tugas untuk membuat puisi, setelah dikumpulkan ternyata banyak peserta didik yang mengambil karya orang lain (plagiat) dan jika itu buatan sendiri hasilnya kurang memuaskan.
Begitu juga yang terjadi pada peserta didik SMP Negeri 28 Semarang. Melihat kenyataan yang demikian, penulis menawarkan satu metode yang dapat memberikan solusi untuk permasalahan tersebut, yaitu metode Medan Kata.
Penerapan metode medan kata dalam pembelajaran dengan memodifikasikan lingkungan dengan cara mengajak peserta didik untuk menyebutkan objek-objek yang diketahuinya, baik itu dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, bahkan dari hasil berliterasi. Misal; sawah, pasar, kebun binatang, pantai, langit, hutan, sungai, hujan dan sebagainya.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penggunaan metode ini adalah ; pertama, menyampaikan kepada peserta didik tentang tema pembelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama pembelajaran.
Tujuannya supaya peserta didik lebih fokus dan terarah dalam mengerjakan tugas. Kedua, menentukan objek yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan, misalnya pantai.
Langkah ketiga, guru menugaskan kepada peserta didik untuk mengamati objek dan guru mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kata-kata yang melingkupi kata pantai; ombak, pasir, air, nelayan, asin, ikan, kapal, biru, matahari terbit/tenggelam, dan seterusnya.
Langkah kempat, peserta didik mengidentifikasi atau mengelompokkan kata-kata yang berada di lingkup pantai sedangkan kata-kata yang tidak terpilih diabaikan. Langkah kelima, peserta didik diberi kebebasan untuk menambahkan dengan frasa yang sesuai, misal: ombak menggulung memecah pantai, hamparan pasir menambah indahmu, buih air berwarna putih bak salju, dan seterusnya. Langkah keenam, guru memotivasi peserta didik untuk berani menulis puisi berdasar frasa yang telah dibuat dengan menggunakan bahasa yang dikuasainya.
Selanjutnya peserta didik menyusun puisi dengan cara mengurutkan larik-larik yang telah dibuat berdasarkan daya imajinasinya yang merupakan bentuk draf awal. Ketujuh, dengan bimbingan guru, peserta didik meresvisi draf awal untuk menulis kembali menjadi draf final.
Langkah terakhir, peserta didik mempublikasikan kepada teman dan guru untuk mendapatkan umpan balik. Sebagai penghargaan, guru mengadakan penilaian terhadap karya puisi peserta didik.
Pengalaman yang dilakukan oleh teman-teman guru di SMP Negeri 28 Semarang, menurutnya metode medan kata sangat efektif untuk menulis puisi. Dengan metode ini peserta didik diberi kebebasan seluas-luasnya untuk berkreasi dan berinspirasi. (ips1/ton)
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 28 Semarang