RADARSEMARANG.COM- Peserta didik kadang merasa kesulitan dalam memahami konsep matematika. Untuk mengatasi hal tersebut, pengajar dapat menggunakan metode yang tepat. Metode yang bervariasi dapat membantu proses pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Nana Sudjana, 2011:2).
Sementara, menurut Aunurrahman (2011:37), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari aktivitas belajar. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas umumnya disertai perubahan tingkah laku.
Metode permainan sangat efektif untuk peserta didik, karena pada dasarnya peserta didik senang bermain. Metode permainan terkenal dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Ice-breaker adalah “pemecah es”. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta.
Pembelajaran matematika menggunakan permainan agar peserta didik senang dalam mengerjakan bahan pelajaran matematika. Peserta didik terdorong dan berminat mempelajari matematika secara sukarela.
Zoltan P. Dienes, seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada anak-anak. Sehingga sistem yang dikembangkan itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika.
Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap. Yaitu pertama, permainan bebas (free play). Permainan bebas merupakan tahap mempelajari konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Dalam tahap ini struktur mental dan struktur sikap peserta didik untuk memahami konsep matematika akan terbentuk.
Kedua, permainan yang menggunakan aturan (games). Dalam permainan yang disertai aturan peserta didik sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam suatu konsep tertentu. Melalui permainan peserta didik diajak mengenal dan memikirkan struktur matematika tersebut.
Ketiga, permainan kesamaan sifat (searching for communalities). Dalam mencari kesamaan sifat peserta didik diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Pengajar perlu mengarahkan peserta didik dengan mentranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi tersebut tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak permainan semula.
Misalnya dalam permainan block logic, peserta didik dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang, peserta didik diminta mengidentifikasi sama sifat-sifat dari anggota kedua kelompok tersebut. Keempat, permainan representasi (representation). Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Peserta didik menentukan representasi dan menyimpulkan kesamaan sifat-sifat dari konsep yang dihadapi.
Kelima, permainan dengan simbolisasi (symbolization). Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika. Keenam, permainan dengan formalisasi. Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini peserta didik dituntut mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.
Metode mengajar merupakan strategi yang harus dimiliki oleh guru agar proses belajar mengajar tercapai dengan baik. Guru harus bisa mengobservasi tipe-tipe siswa agar dapat menerapkan metode yang tepat. Metode yang tepat akan membuat peserta didik nyaman dalam proses pembelajaran. Sehingga proses belajar mengajar sesuai yang diharapkan. Dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. (*/lis)
Guru SDN Jogoyasan, Kec. Ngablak, Kabupaten Magelang