RADARSEMARANG.COM- Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memerlukan pemahaman luas untuk mengkaji permasalahan di masyarakat. Sehingga siswa menganggap IPS sebagai pembelajaran yang membosankan.
Karena itu, guru harus memilih metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan mata pelajaran IPS. Model pembelajaran yang mengakomodasi siswa agar ikut terlibat secara aktif dalam pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TSTS) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Hal itu yang penulis terapkan saat pelajaran IPS di SMP Negeri 15 Surakarta.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Metode TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa saling bekerja sama, bertanggung jawab, membantu memecahkan masalah, dan mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2014:207). Menurut Huda (2014:207) langkah-langkah dalam pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut: peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil dan informasi mereka ke tamu. Tamu kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya.
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Adapun tahapan dalam model TSTS ini adalah pertama persiapan. Guru membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran. Menyiapkan tugas dan membagi siswa dalam satu kelas ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota empat siswa.
Setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Kedua presentasi guru. Guru menyampaikan indikator pembelajaran,
mengenal dan menjelaskan materi sesuai rencana pembelajaran. Ketiga kegiatan kelompok.
Pembelajaran menggunakan lembar kerja yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kerja yang berisi permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil.
Kemudian dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain secara terpisah. Sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal, tamu melaporkan temuannya, mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Keempat formalisasi. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.
Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal. Kelima evaluasi. Tahap ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS.
Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi (Huda, 2014:207-208).
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, aktivitas belajar siswa terlaksana dengan maksimal. Aktivitas yang dilakukan sesuai dengan enam dari tujuh indikator. Dengan meningkatnya aktivitas belajar, tingkat pemahaman siswa terhadap materi juga meningkat. Sehingga hasil belajarnya juga naik. Penerapan model kooperatif tipe TSTS ini mendorong siswa aktif selama pembelajaran. Sehingga tingkat pemahaman terhadap materi meningkat. (ips2/lis)
Guru IPS SMP Negeri 15 Surakarta
