RADARSEMARANG.COM, Salah satu tujuan dari Kurikulum Merdeka yang diluncurkan tahun 2022 untuk menyiapkan tantangan global era revolusi 4.0, meliputi perubahan pola pikir, perubahan cara belajar, perubahan cara bertindak untuk mengembangkan berinovasi dan kreativitas.
Tantangan selama ini siswa biasa dengan pola pembelajaran lama, yaitu pola berpikir kebiasaan atau disebut dengan Think inside the box yaitu pola pikir yang dalam memecahkan suatu permasalahan hanya tergantung pada apa yang dimiliki saat itu, serta dipaksa untuk melihat fungsi lain dari suatu benda yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan.
Mengubah pola pikir siswa menjadi inovatif dan kreatif merupakan keharusan, berkaitan dengan persiapan terhadap tantangan global era revolusi 4.0. di mana ke depan siswa dituntut kecepatan. Karena kecepatan adalah ciri keunggulan dalam menghadapi setiap persaingan, kecepatan akan mengalahkan yang pintar, mengalahkan yang kuat serta mengalahkan yang besar.
Pendekatan proses belajar yang efektif, terpadu, serta berkelajutan diharapkan akan mampu mewujudkan pola pikir siswa, menjadi pola berpikir yang terbuka atau Think Out The Box, secara kreatif siswa bisa berpikir dari sudut pandang yang lain, kreatif dan inovatif akan memunculkan ide-ide baru yang dinamis.
Upaya untuk melakukan perubahan, harus dibarengi dengan model pembelajaran yang efektif, yang mampu membentuk keunggulan siswa dalam bidang pengetahuan/knowledge, keterampilan/skill dan sikap/attitude, yang pada akhirnya bisa membentuk siswa unggul dalam berargumentasi menyampaikan pendapat untuk meyakinkan orang lain atas argumen yang disampaikannya baik secara kelompok maupun pada arena yang lebih terbuka.
Kemampuan berargumentasi dapat melatih siswa untuk menggunakan kemampuan berpikirnya hal ini mempunyai peran penting dalam meningkatkan pola berpikir kritis dapat menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide (Deane & Song dalam pritasari, 2016).
Model pembelajaran yang dirasa efektif berupa model pembelajaran diskusi yang penulis terapkan di SMP Negeri 3 Cepogo Satu Atap, Kabupaten Boyolali untuk mapel Bahasa Indonesia, mempunyai keunggulan sebagai berikut: Pertama, merangsang siswa untuk kreatif menyampaikan gagasan. Model pembelajaran diskusi masing-masing peserta diberi ruang secara interaktif untuk menyampaikan ide atau gagasan, sehingga masing-masing peserta akan terangsang dan aktif dalam proses diskusi tersebut.
Model pembelajaran tersebut yang secara konstruktif dilakukan dengan rutin, maka akan terbentuk keunggulan siswa dalam hal menyampaikan argumentasi. Ketrampilan penyampaikan kualitas suatu argumentasi terdiri dari klaim/claim data/data, pembenaran/warrant, dukungan/ backing dan sanggahan/rebuttal. (Simon, 2006). Berargumentasi sifat yang membujuk dengan cara memaparkan alasan-alasan, fakta-fakta, bukti-bukti suatu pendapat atau gagasan terhadap pemecahan suatu masalah (Gorys Keraf, 2008)
Kedua, berani menyampaikan pendapat secara lisan maupun tertulis. Model pembelajaran diskusi dianggap mampu mengubah siswa pasif menjadi aktif dan kreatif yang merupakan modal dasar terbentuknya siswa yang inovatif dan solutif.
Siswa dituntut untuk berani menyampaikan ide atau gagasannya, di tengah-tengah peserta atau lawan bicara yang mempunyai gagasan yang berbeda, kebiasaan menghadapi sistuasi ini secara berkelanjutan akan terbentuk sikap dan pemikiran yang kreatif, inovatif dan solutif.
Ketiga, belajar bekerja sama dalam perbedaan. Dalam diskusi kelompok akan menuntut sikap saling menghargai, mencari solusi terhadap suatu permasalahan yang didiskusikan dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kemampuan siswa yang bisa bekerja sama dalam kelompok yang berbeda inilah yang dapat melahirkan siswa yang unggul dalam perbedaan dan perubahan. (*)
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Cepogo Satu Atap, Kabupaten Boyolali
