RADARSEMARANG.COM, PADA silabus Kurukulum 2013 dijabarkan bahwa mata pelajaran Seni Budaya berperan penting dalam perkembangan peserta didik karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatannya (Afriyanti, 2021).
Pembelajaran Seni Budaya dilakukan dengan memberikan pengalaman estetik yang mencakup konsepsi, apresiasi, kreasi dan koneksi (Harti, 2019). Prinsip penilaian Kurikulum 2013 menggunakan autentik assessment di mana penilaian dilakukan secara berkelanjutan dan komprehensif (Umami, 2018).
Penilaian pada mata pelajaran seni budaya meliputi tiga ranah. Ketiga ranah tersebut meliputi aspek konsepsi (pengetahuan), apresiasi (menghargai), dan kreasi (keterampilan berkarya) dalam berolah seni sesuai dengan kekhasan materi seni rupa, musik, tari dan teater.
Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk aktif berkreativitas untuk menghasilkan hasil karya seni sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia (Alfaruki, 2022).
Potensi kreativitas tersebut dapat dikembangkan apabila peserta didik mendapatkan bimbingan dan pembelajaran seni yang optimal di sekolahnya (Cecep et al., 2021).
Aktif berkreativitas menjadi syarat dasar yang harus dimiliki peserta didik dalam meraih hasil belajar sesuai standard kompetensi belajar (Novita, 2020).
Dari hasil pengamatan penulis di kelas VII-E MTs Negeri 1 Demak, yaitu tempat dimana penulis bertugas sebagai guru, sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dan tugas menggambar ragam hias.
Kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal menggambar ragam hias karena pada materi menggambar ragam hias banyak keunikan yang sulit dipelajari (Amalia, 2022).
Sementara itu proses belajar mengajar pada materi menggambar ragam hias, guru lebih sering menjelaskan materi melalui ceramah, peserta didik cenderung pasif, dan aktifitas peserta didik yang sering dilakukan hanya mencatat dan menyalin.
Kurang optimalnya pembelajaran materi menggambar hias diperlukan metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi lebih baik dan berkembang (Wartiningsih, 2021).
Agar pembelajaran Seni Budaya tidak lagi dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran karena metode demonstrasi ini mengajak peserta didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran oleh karena itu pembelajaran tidak lagi bersifat monoton (Mulyati, 2021).
Metode demonstrasi adalah cara menyajikan pelajaran dengan memperagakkan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, sehingga membuat peserta didik lebih memahami hal yang bersifat abstrak, disini peserta didik dituntut untuk melihat dan memperaktikkan apa yang sudah diperaktikkan oleh guru (Sulaiman & Amelia, 2022).
Wina Sanjaya (2006:156) mengemukakan bahwa metode demontrasi adalah metode penyajian materi ajar yang memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik yang sebenarnya maupun hanya sekedar tiruan.
Dalam metode demontrasi, peserta didik berperan aktif agar dalam strategi pembelajaran, ekspositori dan pendekatan pembelajaran penemuan terpadu (guided discovery learning Approach), baik intuk metode inkuiri maupun metode demontrasi.
Dapat disimpulkan bahwasannya metode demonstrasi adalah cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memperaktekkan atau memperlihatkan secara langsung suatu kejadian dengan menggunakan atau memakai media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang ingin disampaikan sehingga dapat membantu proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran menggambar ragam hias hasil belajar peserta didik yang diperoleh semakin meningkat. Hal ini membuktikan dengan metode demonstrasi ini peserta didik menjadi lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran, dan peserta didik pun menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. (md1/zal)
Guru Seni Budaya MTs Negeri 1 Demak
