RADARSEMARANG.COM, KEBERHASILAN proses pembelajaran tidak teretak pada banyaknya ilmu yang dimiliki oleh guru, tetapi bagaimana guru bisa merancang proses pembelajaran yang tidak membosankan dan bisa diingat oleh siswa. Dengan begitu, siswa lebih bersemangat dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievmen Divicion (STAD) untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia materi majas personifikasi di kelas IV SD Negeri 01 Wonopringgo. Hal ini bertujuan agar anak lebih bersemangat dalam belajar dan dapat mengubah pola pikir anak sehingga lebih berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.
Model pembelajaran STAD adalah strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan tim berkemampuan majemuk, berlatih mempelajari konsep dan keahlian secara bersama-sama (Slavin dalam Suherti dan Rohimah, 2016, hlm. 83).
STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Penelitian membuktikan bahwa mengerjakan tugas di dalam kelompok kecil dengan heterogenitas kemampuan akademik justru dapat meningkatkan motivasi dan pencapaian belajar siswa (Yiping Lou 2013).
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan model pembelajaran STAD. Langkah pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada akhir pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam belajar. Kedua, guru menyampaikan materi tentang majas personifikasi selama 10-15 menit.
Ketiga, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas anak yang penguasaan materinya lambat dan anak yang penguasaan materinya cepat. Dari 26 siswa kelas IV A di SD Negeri 01 Wonopringgo, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Empat kelompok, masing-masing berisi 5 siswa sedangkan satu kelompok terdiri atas 6 siswa. Keempat, guru memberikan tugas yang harus dikerjakan dalam diskusi kelompok. Guru membimbing kelompok secara bergantian untuk memastikan setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Pada langkah ini, guru mengimplementasikan dua komponen utama di kelas yaitu kerja tim dan rekognisi tim. Kelima, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang dilakukan bersama dengan teman sekelompok masing-masing, sedangkan komponen kuis dilaksanakan setelah presentasi selesai dan dikerjakan secara individu.
Nilai dari kuis individual akan direkap untuk melihat progres nilai per individunya dan juga untuk dijumlah dan dirata-rata sebagai nilai kelompok. Keenam, merupakan lagkah terakhir. Yaitu guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasil nilainya menunjukkan peningkatan dan untuk seluruh kelompok atas keaktifannya selama bekerja kelompok. Pada langkah inilah guru menerapkan komponen rekognisi tim.
Setelah menggunakan model pembelajaran STAD, terjadi peningkatan minat belajar siswa. Akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan, penggunaan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi majas personifikasi di kelas IV A SD Negeri 01 Wonopringgo mempunyai banyak keuntungan yaitu setiap anggota kelompok mendapat tugas, ada interaksi siswa dalam kelompok, mengembangkan keterampilan sosial, membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain, meningkatkan kemampuan berbicara dan berani bertanya, memfasilitasi rasa persaudaraan dan kesetiakawanan, terlaksananya pembelajaran yang terpusat pada siswa, serta munculnya sifat-sifat positif siswa. (gp/ida)
Guru Kelas IV A SD Negeri 01 Wonopringgo, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan