RADARSEMARANG.COM, Dengan pesatnya persaingan di era globalisasi, semua pihak perlu menyamakan pikiran dan sikap untuk peningkatan mutu pendidikan.
Adapun pihak-pihak yang ikut meningkatkan mutu pendidikan adalah pemerintah, masyarakat, stakeholder, kalangan pendidikan. Serta semua subsistem bidang pendidikan yang harus berpartisipasi mengejar ketertinggalan maupun meningkatkan prestasi yang telah dicapai saat ini.
Pembinaan dan usaha yang dapat dilakukan dalam perbaikan pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa disertai pembinaan dan perbaikan kualitas pengetahuan serta cara kerja para pelaksananya, yaitu guru.
Begitu besar tanggung jawab seorang guru, maka selayaknyalah seorang guru bekerja profesional untuk meningkatkan hasil belajar peserta didiknya. Dalam hal ini guru juga berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator).
Untuk menjawab kenyataan tersebut penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Yakni bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogeny (Rusman, 2012:202).
Salah satu kemampuan yang dimiliki seorang guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, tidak semua tujuan bisa dicapai melalui satu model pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa sebagai tutor sebaya (Sahman, 2014:158).
Berdasarkan pengamatan, fakta dan data mengenai proses kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) memiliki keunggulan.
Di antaranya, keterlibatan siswa dalam pembelajaran lebih tinggi, kegiatan pembelajaran lebih aktif (hidup) karena pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan.
Sehingga siswa lebih bergairah, tanpa ada perbedaan status, melatih ketangkasan, dan kecepatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor semua peserta didik.
Team Games Tournament (TGT) menggabungkan kelompok belajar dan kompetensi tim serta bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep, dan keterampilan.
Metode TGT merupakan suatu metode pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dimana siswa dikelompokan 4-6 orang per kelompok secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, agama dan suku sehingga dapat dilatih kecakapan sosial.
Dalam TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota lain untuk memperoleh skor tinggi bagi tim masing-masing. Permainan dapat disusun guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka.
Tiap peserta didik anggota kelompok akan mengambil kartu yang telah diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang ada pada kartu tersebut sehingga memberikan sumbangan angka bagi kelompoknya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode TGT yakni pertama, guru membuat kelompok peserta didik secara heterogen 4-6 orang kemudian penjelasan tentang materi pokok dan mekanisme kegiatan.
Kedua, guru dan peserta didik menyiapkan meja secukupnya dan ditempati oleh masing-masing kelompok. Ketiga, setiap peserta didik mengambil kartu soal yang telah disediakan pada setiap meja dan mengerjakannya pada waktu tertentu (5 menit).
Peserta didik bisa mengerjakan lebih dari satu soal hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor individu dan kelompok. Keempat, setelah selesai skor dihitung untuk tiap kelompok dan individual. Kemudian diberikan penghargaan terhadap kelompok dan individual yang mendapat skor paling tinggi.
Dengan metode Team Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila kelas X SMKN 1 Ngablak yang diikuti perubahan dalam proses pembelajarannya yang kondusif, asyik dan menyenangkan, berdampak pada meningkatnya hasil belajar peserta didik. (uj/lis)
Guru Pendidikan Pancasila (IKM) SMKN 1 Ngablak, Kabupaten Magelang