RADARSEMARANG.COM, DI tengah gempuran budaya asing, pelajaran bahasa Jawa untuk anak SDN Gebangsari 02 kelas 6 hasilnya kurang maksimal. Khususnya materi tokoh pewayangan. Hal ini dikarenakan siswa merasa kesulitan ketika diberi tugas untuk menghafalkan nama–nama wayang dan asal-usulnya.
Hal ini tentu sangat memprihatinkan guru dan orang tua. Apalagi mereka sudah terlanjur mengidolakan para artis tingkat dunia. Mereka kurang memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian budaya daerah/lokal sebagai sumber budaya nasional.
Hal ini memacu guru untuk mencari metode agar peserta didik tertarik sekaligus bisa memahami nama-nama tokoh wayang pada materi kelas 6. Langkah pertama yang guru lakukan adalah memilih siswa sesuai dengan karakter tokoh wayang. Misal untuk Werkudara, dipilih siswa sebagai tokoh yang tinggi dan besar.
Kalau Arjuna, dipilih siswa yang berperawakan kecil, bersih, dan sabar. Mereka disuruh ke depan untuk tampil sesuai dengan nama–nama yang sudah guru tentukan. Ketika guru mengatakan Gatutkaca, maka siswa yang mendapat julukan Gatotkaca tampil di depan di antara barisan wayang lainnya. Begitu seterusnya.
Siswa yang tidak mendapat peran juga wajib memahami bahwa temannya yang bernama Si A mendapatkan peran sebagai tokoh wayang lainnya.
Kemudian masing-masing siswa yang mendapat peran tokoh wayang, memperkenalkan dirinya dan menyebutkan namanya, di mana mereka bertempat tinggal, dan memperkenalkan pasangan serta anak-anak mereka. Ketika menyebutkan nama, peserta didik itu maju ke depan kelas.
Ketika menyebut nama pasangannya, temannya yang mendapat tugas sebagai pasangan tokoh wayang tersebut, maju mendampinginya. Ketika anak-anak si tokoh wayang ini disebutkan, maka mereka juga tampil di belakang ayah ibu mereka. Begitu seterusnya sampai semua tokoh Pandawa Lima tampil semua.
Metode bermain peran berbantuan media wayang merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesenangan dan menarik minat peserta didik dalam proses pembelajaran. Ini lebih ditekankan pada caranya, daripada hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Suatu inovasi pembelajaran yang mendorong anak aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Metode bermain peran memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bereksplorasi dan berimajinasi dalam memperoleh pengetahuan dan daya pikir yang baik, serta membuka banyak kesempatan bagi anak untuk berkreasi.
Pembelajaran berbantuan media wayang merupakan salah satu strategi agar peserta didik mudah memahami suatu konsep yang abstrak menjadi lebih konkret dan menambah daya tahan ingatan tentang objek belajar yang dipelajari.
Dengan media wayang, peserta didik dapat lebih aktif dan dapat belajar secara menyenangkan. Peserta didik juga dapat belajar melalui benda-benda konkret, sehingga lebih mudah dalam mengutarakan pendapatnya.
Terkait silsilah wayang, guru juga harus bisa memahami dulu silsilah keluarga Pandawa dan Kurawa secara mendetail. Semisal Pandu beristrikan Dewi Kunti mempunyai putra siapa saja. Tapi sebelum Dewi Kunti bersuamikan Pandu, dia bersuamikan Betara Surya dan mempunyai putra Adipati Karna.
Dengan begitu, siswa bisa memahami bahwa sebenarnya Adipati Karna dan Gatutkaca itu masih saudara seibu beda ayah. Sedangkan Nakula Sadewa adalah anak dari Pandu Dewanata beristrikan Dewi Madrim, sehingga anak-anak Pandu ada lima yang disebut Pandawa Lima.
Hal ini dikarenakan pada materi kelas 6 Gatutkaca Gugur diperlukan pemahaman terlebih dahulu siapa Gatutkaca dan siapa Adipati Karna. Sehingga siswa SD Negeri Gebangsari 02 mempunyai konsep dan akan lebih bersemangat untuk belajar bahasa Jawa, khususnya tokoh pewayangan. (gp/ida)
Guru SD Negeri Gebangsari 02