RADARSEMARANG.COM, Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang bersifat primer. Pendidikan adalah pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi memungkinkan secara otodidak.
Pendidikan menjadi pijakan kuat bagi individu untuk melangkah menghadapi setiap perubahan sepanjang waktu. Pendidikan dapat kita peroleh di mana dan kapan saja. Di Indonesia terdapat tiga jenis Pendidikan, Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, serta Pendidikan Informal.
Pendidikan Formal yaitu Pendidikan yang berjenjang dan terstruktur dimulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan. Sedangkan, pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Di era globalisasi, setiap individu membutuhkan pendidikan pengetahuan umum dan juga penanaman pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral. Dimana tujuannya membentuk kemampuan individu, serta menanamkan nilai-nilai karakter, berakhlak mulia, bermoral, beretika serta berbudaya secara terus-menerus untuk menyempurnakan kehidupan kearah yang lebih baik.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional tahun 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dijelaskan prioritas pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika serta berbudaya. Salah satu upaya untuk merealisasikannya adalah dengan cara memperkuat jati diri dan karakter melalui pendidikan.
Sebagai guru kelas II SDN Denasri Wetan 02 Kabupaten Batang, penulis mengamati perkembangan teknologi yang sangat pesat menjadi tantangan baru bagi guru dalam menanamkan pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan pemanfaatan teknologi menjadikan kunci utama dalam nilai karakter peserta didik.
Kurangnya pengawasan terhadap peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dapat mengakibatkan turunnya moral, ilmu pengetahuan yang kurang, bahkan karakter peserta didik adalah karena penyimpangan penggunaan teknologi dan internet. Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, namun menjadi tanggungjawab setiap orang tua.
Dalam mewujudkan pendidikan karakter yang baik dalam upaya membangun dan menguatkan karakter bangsa, Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia telah merumuskan delapan belas nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam diri warga Indonesia, khususnya peserta didik.
Delapan belas nilai-nilai tersebut di antaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta tanggung jawab.
Adapun upaya yang dapat dilakukan guru dalam penanaman pendidikan karakter, antara lain, sekolah dapat mengadakan kegiatan upacara bendera dengan tertib dan hikmat untuk menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter.
Guru berupaya memberikan kepada semua siswa untuk berani menyampaikan pendapatnya di kelas, melalui kegiatan diskusi dan pengambilan keputusan secara demokratis. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dengan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan sekolah dalam rangka terus menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter.
Pendidikan karakter sangatlah penting bagi masyarakat. Khususnya bagi tunas-tunas yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Melalui pendidikan karakter, akan dapat dihasilkan kader-kader pemimpin bangsa yang memiliki komitmen kuat untuk memajukan bangsa dan negara. Memiliki identitas yang jelas, dan tidak terbawa arus globalisasi yang cenderung lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat jangka pendek, hedonistik, individualistik, dan materialistik. (bt/fth)
Guru SD Negeri Denasri Wetan 02, Kabupaten Batang